Wahidin Soediro Hoesodo, Dr
Wahidin dibesarkan pada saat rakyat tertindas akibat tanam paksa, jumlah sekolah sedikit, Belanda menjalankan diskriminasi di bidang pendidikan. Beruntung Wahidin dapat sekolah ELS, meneruskan ke STOVIA di Jakarta. Setelah lulus diangkat sebagai pembantu pengajar. Wahidin mengenal penderitaan dan kesengsaraan rakyat, maka timbul gagasannya untuk meningkatkan kehidupan rakyat melalui pendidikan. Wahidin menaruh perhatian pada anak cerdas yang tidak mampu. Gagsan tentang pendidikan awalnya diutarakan melalui tulisan, dalam majlah dan surat kabar. Tahun 1894 menerbitkan dan memimpin majalah berbahasa Jawa “Retno Dumilah” yang memuat tulisan mengenai kebudayaan filsafat, dan sebagainya. Kemudian berusaha mendirikan badan pemberi beasiswa bagi anak cerdas tapi tak mampu. Untuk merelisasikan pendirian badan tersebut, tahun 1906-1907, Wahidin keliling Jawa, atas izin residen. Usahanya ada yang berhasil ada yang tidak. Seperti Serang, Bupati Ahmad Djayadiningrat bersedia membantu. Di Jakarta mengadakan pertemuan dengan siswa-siswa STOVIA dan mendapat tanggapan positif. Dari 23 karesidenan, Wahidin baru mengunjungi 17 karesidenan, habis bekal, karena biaya sendiri. Terpaksa kembali ke Yogyakartav dan menggadaikan rumah untuk bekal meneruskan usahanya. Akhirnya pada tanggal 25 Oktober 1913 berhasil mendirikan Badan Beasiswa yang diberi nama “Darmoworo” dengan pengurusnya terdiri dari Pangeran Notodiredjo, R. Ng. Dwidjosewojo; R. Sosrosoegondo dan RM. Boediarjo. Untuk modal pertama menjual 4 bendi dan 8 ekor kudanya. Benih yang disebar Wahidin tenyata mendapat tempat subur di kalangan pelajar STOVIA.Pada tanggal 20 mei 1908 siawa STOVIA mengadakan pertemuan yang dipimpin Soetomo dan berdirilah “Budi Utomo”, yang melebihi apa yang terpikir Wahidin karena tidak hanya bergerak di bidang pendidikan, tetapi juga ekonomi dan budaya. Kelahiran Budi Utomo diilhami gagasan Wahidin, Soetomo mengatakan Wahidin adalah pelopor Pergerakan Nasional Indonesia. Cabang-cabang Budi Utomo berdiri di Bogor, Bandung dan Yogyakarta. Cabang Yogyakarta diketuai Wahidin. Pada waktu diaadakan Kongres I Budi Utomo bulan Oktober 1908 di Yogyakarta, Wahidin dipilih sebagai Wakil Ketua.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Rasa nasionalisme tampak dari ucapannya “Apabila kita sama-sama meludah, pasti Belanda akan tenggelam dalam lautan ludah kita. Realisasinya diwujudkan melalui pendidikan, karena tersentuh menyaksikan betapa banyak anak cerdas yang tidak mampu, jadilah Wahidin pelopor pergerakan nasional Indonesia.