Sultan Agung Prabu Anyokrokusumo
Nama kecilnya Raden Mas Rangsang, cucu dari Raden Sutawidjaja yang lebih dikenal dengan nama Panembahan Senopati, pendiri kerajaan Mataram. Pada usia 22 tahun yakni tahun 1611, Mas Rangsang telah dinobatkan sebagai Raja Mataram meliputi daerah Cirebon sampai Pasuruan.
Pada awal pemerintahannya terpaksa menggunakan kekuatan senjata untuk memadamkan pemberontakan beberapa penguasa daerah yang ingin melepaskan diri. Ancaman lain datang dari VOC yang tujuan pertamanya berdagang kemudian meningkat ingin menguasai wilayah. Belanda menuntut hak monopoli atas perdagangan, sebaliknya Sultan Agung tidak bersedia, timbullah pertentangan dengan VOC.
Tanggal 18 Agustus 1618 Mataram menyerang VOC karena kapal Belanda melakukan perampokan di Bandar Jepara. Keberadaannya memicu peperangan antara Mataram dengan VOC. Sultan Agung mulai berpikir untuk menghancurkan Batavia. April 1628, Sultan Agung mengirimkan 14 perahu berisi beras dipimpin Kyai Ronggo dengan tugas mengajukan permintaan ke VOC agar membantu menyerang Banten, tetapi VOC menolak, kemudian tanggal 22 Agustus 1628 tiba lagi 50 kapal, hingga VOC mulai khawatir. Kemudian datang 7 kapal yang minta izin akan meneruskan pelayaran ke Malaka, dan pagi harinya datang 20 buah perahu langsung menyerang benteng Belanda Holandia, dipimpin oleh Baurekso Bupati Kendal.
Untuk menahan serangan tersebut, Belanda mengerahkan 2.866 orang serdadu dibawah pimpinan Jacques Leterbes. Dalam pertempuran itu, Baurekso dan puteranya tewas. Sementara itu datang pasukan Mataram lewat darat dipimpin oleh Suro Agul-Agul dkk, tetapi tidak berhasil merebut Jakarta. Pada tahun 1629, Mataram menyerang lagi namun tahun 1630 – `634, terjadi pertempuran kecil-kecilan terutama di perairan sepanjang pantai utara dan hal ini berlanjut hinggal Sultan Agung wafat.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Seorang raja yang terus berperang melawan penjajah mempertahankan kedaultan dan kemerdekaan serta menanamkan benih anti penjajah. Sultan Agung tidak pernah berhasil mengusir Belanda dari tanah Jawa, tetapi sampai akhir hayatnya Sultan Agung tak pernah mau berdamai dengan Belanda.