Pangeran Antasari
Sebagai seorang Pangeran, Antasari merasa prihatin menyaksikan kesultanan Banjar yang ricuh dan pengaruh Belanda semakin besar. Gerakan-gerakan rakyat timbul di pedalaman Banjar. Pangeran Antasari diutus menyelidiki gerakan-gerakan rakyat yang sedang bergolak. Tugas tersebut membuka kesempatan untuk berhubungan dengan para pemimipin gerakan rakyat yang siap memberontak, bahkan berhasil dipercaya rakyat dan dipilih sebagai pemimpin pemberontakan. Antasari berhasil mempersatukan dan memimpin gerakan rakyat menjadi satu front menentang Sultan Tamjidillah dan Belanda.
Pengaruhnya semakin meluas termasuk di kalangan alim ulama Banjar yang sebagian besar bersedia ikut menempuh jalan kekerasan dan berhasil mengumpulkan 6.000 orang menjadi lascar. Tanggal 28 April 1859, Laskar Antasari menyerbu benteng Pengaron, sehingga keadaan di sekitar benteng dikuasainya. Dalam penyerbuan ini, Komandan Beeckman diperintahkan untuk menyerah.
Pada bulan suci Ramadhan 1278 H (Maret 1862), Antasari dinobatkan menjadi Panembahan Amirudin Kalifatul Mukminin, pemimpin tinggi agama. Maka kedaulatan Banjarmasin yang dipegang oleh keturunan Syah dari Sultan Aminullah telah dikuasai kembali. Pihak Belanda berusah berdamai dengan Antasari, tetapi maksud tersebut ditolaknya karena dianggap hanya sebagai tipu muslihat belaka.
Namun demikian, Antasari hanya memberi satu syarat untuk perdamaian, yaitu diserahkannya kerajaan Banjarmasin dan Belanda hanya diijinkan menarik pajak. Kalau tidak dipenuhi, Antasari memilih terus berperang. Dengan penuh kesadaran dan keyakinan, Antasari memimpin gerakan melawan Belanda di Kalimantan Selatan dan Tengah. Antasari memiliki keahlian dalam siasat perang gerilya serta mampu memimpin pasukan di daerah yang luas yang sukar didiami manusia.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Antasari adalah pemimpin yang ulet, tabah dan berwibawa serta memiliki kekuatan bathin untuk mengikat para pengikutnya kepada tujuan yang mulia. Seorang Pangeran yang gerah menyaksikan ketidak-benaran yang terjadi di depannya, tidak mementingkan diri sendiri, haram menyerah kepada musuh menjadi motto dalam hidup Pangeran Antasari.