Katamso Dharmokusumo, Brigjen TNI ANM.
Setelah tamat MULO, Katamso tidak sempat melanjutkan pendidikannya karena Jepang menduduki Indonesia. Kemudian mengikuti pendidikan PETA, setelah diangkat menjadi Budanco pada Dai II Daidan di Solo. Setahun kemudian diangkat menjadi Syodanco masih di Solo. Setelah proklamasi kemerdekaan Katamso masuk BKR yang ditransformasikan ke dalam TKR, menjadi Komandan Kompi di Klaten.
Tahun 1946 menjadi Kapten dan terlibat dalam usaha penumpasan pemberontakan DI/TII. Tahun 1957 Katamso mengikuti pendidikan Seskoad di Bandung, selesai pendidikannya dipercaya untuk memimpin Batalyon A Operasi 17 Agustus untuk memadamkan pemberontakan PRRI. Selesai operasi utama, angkatan perang melancarkan operasi pembersihan Katamso kembali diangkat sebagai Asisten Operasi Resimen Team Pertempuran II Diponegoro di Bukit Tinggi.
Tahun 1959 diangkat menjadi Letnan Kolonel dan bulan Agustus 1959 diangkat menjadi Kepala Staf Resimen Riau Daratan Kodam III/17 Agustus, kemudian menjadi pejabat Kepala Staf Resimen Team Tempur I/Tegas yang berada di Riau. Katamso ditarik ke Jakarta diperbantukan pada Asisten III Kepala Staf Angkatan Darat, kemudian sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Infantri SD di Bandung.
Agustus 1963 Katamso ditarik ke Kodam VII Diponegoro dan 4 bulan kemudian dilantik sebagai Korem 072/Pamungkas Kodam VII Diponegoro di Yogyakarta. Katamso mendekatkan diri dengan masyarakat antara lain melalui pembangunan gedung baru untuk sekolah dan melatih kemiliteran bagi mahasiswa. Rencana Katamso terhalang dengan meletusnya G.30.S/PKI. Saat itu para pejabat teras Angkatan Darat di Jakarta diculik dan dibunuh.
Di Yogyakarta, sasaran PKI yang pertama adalah Kolonel Katamso. Tanggal 1 Oktober 1965, disodorkan pernyataan mendukung Dewan Revolusi, dengan tegas Katamso menolaknya. Ketika rapat dengan para staf di rumahnya, Katamso sangat terkejut mengetahui banyak stafnya dipengaruhi PKI. Dibawah todongan senjata, dibawa ke Desa Kentungan, malam tanggal 2 Oktober 1965 Katamso dibunuh. Mayatnya dimasukkan ke lubang yang sama dengan Letkol Sugiyono. Setelah kedua Jenderal ditemukan baru dimakamkan tanggal 20 Oktober 1965.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Sebagai Komandan Teritorial, Katamso sangat memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Karis dan pangkatnya yang terus menanjak menunjukkan bahwa seorang Katamso pantas menjadi kebanggaan bangsanya.