Menu
PAHLAWAN NASIONAL

Katamso Dharmokusumo, Brigjen TNI ANM.

Berdasarkan: Keppres No. 118/KOTI/1965, 19 Oktober 1965

Setelah tamat MULO, Katamso tidak sempat melanjutkan pendidikannya karena Jepang menduduki Indonesia. Kemudian mengikuti pendidikan PETA, setelah diangkat menjadi Budanco pada Dai II Daidan di Solo. Setahun kemudian diangkat menjadi Syodanco masih di Solo. Setelah proklamasi kemerdekaan Katamso masuk BKR yang ditransformasikan ke dalam TKR, menjadi Komandan Kompi di Klaten.

Tahun 1946 menjadi Kapten dan terlibat dalam usaha penumpasan pemberontakan DI/TII. Tahun 1957 Katamso mengikuti pendidikan Seskoad di Bandung, selesai pendidikannya dipercaya untuk memimpin Batalyon A Operasi 17 Agustus untuk memadamkan pemberontakan PRRI. Selesai operasi utama, angkatan perang melancarkan operasi pembersihan Katamso kembali diangkat sebagai Asisten Operasi Resimen Team Pertempuran II Diponegoro di Bukit Tinggi.

Tahun 1959 diangkat menjadi Letnan Kolonel dan bulan Agustus 1959 diangkat menjadi Kepala Staf Resimen Riau Daratan Kodam III/17 Agustus, kemudian menjadi pejabat Kepala Staf Resimen Team Tempur I/Tegas yang berada di Riau. Katamso ditarik ke Jakarta diperbantukan pada Asisten III Kepala Staf Angkatan Darat, kemudian sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Infantri SD di Bandung.

Agustus 1963 Katamso ditarik ke Kodam VII Diponegoro dan 4 bulan kemudian dilantik sebagai Korem 072/Pamungkas Kodam VII Diponegoro di Yogyakarta. Katamso mendekatkan diri dengan masyarakat antara lain melalui pembangunan gedung baru untuk sekolah dan melatih kemiliteran bagi mahasiswa. Rencana Katamso terhalang dengan meletusnya G.30.S/PKI. Saat itu para pejabat teras Angkatan Darat di Jakarta diculik dan dibunuh.

Di Yogyakarta, sasaran PKI yang pertama adalah Kolonel Katamso. Tanggal 1 Oktober 1965, disodorkan pernyataan mendukung Dewan Revolusi, dengan tegas Katamso menolaknya. Ketika rapat dengan para staf di rumahnya, Katamso sangat terkejut mengetahui banyak stafnya dipengaruhi PKI.  Dibawah todongan senjata, dibawa ke Desa Kentungan, malam tanggal 2 Oktober 1965 Katamso dibunuh. Mayatnya dimasukkan ke lubang yang sama dengan Letkol Sugiyono. Setelah kedua Jenderal ditemukan baru dimakamkan tanggal 20 Oktober 1965.

Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki

Sebagai Komandan Teritorial, Katamso sangat memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Karis dan pangkatnya yang terus menanjak menunjukkan bahwa seorang Katamso pantas menjadi kebanggaan bangsanya.

IKATAN KELUARGA PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA

Meneguhkan Persatuan Bangsa yang Berdaulat, Adil, dan Makmur

WEB TERKAIT

Informasi

Hubungi Kami

Kementerian Sosial, Gedung C, Lantai Dasar
Jl. Salemba Raya No. 28, Jakarta Pusat
IKPNI.com merupakan situs resmi yang diakui oleh Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. Seluruh konten serta opini dalam situs ini berdasarkan fakta-fakta yang tersedia, namun tidak mewakili pendapat Inspira Mediatama. Konten dalam situs ini sebaiknya tidak dijadikan dasar oleh pembaca dalam mengambil keputusan komersial, hukum, finansial, atau lainnya. Pada artikel yang sifatnya umum, pembaca disarankan mencari pendapat dari profesional sebelum menanggapi dan mengoreksi konten informasi yang dipublikasi jika mungkin tidak sesuai dengan pandangan pembaca. Publisher tidak bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang tayang, bagaimanapun disebabkan. Website ini dibuat untuk IKPNI dengan hak cipta. Kepemilikan merek dagang diakui. Dilarang menyalin, menyimpan, atau memindahkan dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari publisher.
Kilas Sejarah Hari Ini
5 Oktober 2004

Sulawesi Barat menjadi provinsi sendiri

Sejak tahun 1960, pembentukan Provinsi Sulawesi Barat telah diperjuangkan namun ditolak pada 1963 ketika pemerintah pusat justru membentuk Provinsi Sulawesi Tenggara. Momentum pembentukan provinsi baru ini mencuat setelah gerakan reformasi 1998, tepatnya pada tahun 1999. Perjuangan panjang ini akhirnya menemui...

Selengkapnya...
Sulawesi Barat menjadi provinsi sendiri ( 5 Oktober 2004 )
1
"Hallo, Admin. Website IKPNI."
Powered by