Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono
Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono lahir pada tahun 1900, ia adalah seorang pelopor kemerdekaan Indonesia. Ia juga merupakan salah seorang pendiri Partai Katolik Indonesia. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai beberapa Menteri setelah Indonesia merdeka.
Pada waktu masih duduk di bangku sekolah Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono sudah aktif dalam Jong Java, organisasi pemuda yang berhaluan kebangsaan. Bersama beberapa temannya, pada tahun 1923 ia mendirikan Pakempalen Politik Katholik Djawa yang kemudia berganti nama menjadi Persatuan Politik Katholik Djawa (PPKD). Sebagai ketua PPKD, ia menggariskan asas perjuangan organisasi, yakni mencapai kemuliaan dan kehormatan bangsa.
Pada tahun 1931, Kasimo diangkat menjadi anggota Volskraad. Dalam dewan ini ia menyampaikan pidato bahwa bangsa Indonesia berhak untuk memerintah diri sendiri, lepas dari kekuasaan Belanda. Dalam rangka itu pula ia mendukung Petisi Sutarjo (tahun 1936) dan Aksi Indonesia Berparlemen yang dicetuskan GAPI (tahun 1939).
Dari Desember tahun 1945 – 1960 ia memimpin Partai Katholik Republik Indonesia (PKRI). Dalam bidang pemerintahan beberapa kali ia menjadi Menteri, yakni Menteri Muda Kemakmuran, Menteri Persediaan Makanan Rakyat dan terakhir Menteri Perekonomian. Selain itu ia juga duduk sebagai anggota KNIP, DPR-RIS, Konstituante dan DPA.
Pada waktu Belanda melancarkan Agresi Militer kedua, Kasimo iut bergerilya. Ia banyak berkomunikasi dengan Pemerintah Darurat RI (PDRI) di Sumatera, menyampaikan perkembangan perjuangan di Jawa. Ia juga menjalin kerjasama dengan Markas Besar Komando Djawa (MBKD).
Dalam rangka perjuangan pembebasan Irian Barat, Kasimo mengirim surat terbuka kepada Partai Katholik Belanda yang sangat berpengaruh dalam Parlemen Belanda. Surat terbuka itu berhasil mengubah sikap partai tersebut, sehingga Parlemen Belanda menyetujui usul Elsworth Bunker mengenai penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda tentang status Irian Barat.
Diluar bidang politik, Kasimo mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap masalah pertanian. Pada tahun 1948, ia menyusun rencana yang dikenal sebagai “Kasimo Plan”. Tujuannya ialah meningkatkan produksi pangan dengan cara melakukan intensifikasi dan eksentifikasi pertanian. Pada waktu memegang jabatan sebagai Kepala Jawatan Pertanian Pusat tahun 1951 – 1954, ia mengeluarkan peraturan mengenai pertanian tebu. Intinya ialah tebu ditanam oleh rakyat dan dijual kepada pabrik gula berdasarkan kontrak. Pada masa-masa sebelumnya, tanah rakyat disewa oleh pabrik gula dan rakyat disuruh menanaminya dengan menerima upah. Peraturan ini cukup menguntungkan rakyat dan karena itu Kasimo digelari Bapak Tebu Rakyat.