Fachruddin, H.
Kegiatan berorganisasi dimulainya sebagai pengurus Budi Utomo cabang Yogyakarta. Pada saat Serikat Islam (SI) mulai berkembang, Fachruddin memasuki partai tersebut. Thaun 1916 masuk Muhammadiyah dan menjadi Sekretaris Pengurus Pusat selama lima tahun, kemudian sebagai Wakil Ketua Muhammadiyah.
Hampir semua bidang ditanganinya seperti membina kepanduan “Hizbul Wathan”, membina PKU (Penolong Kesengsaraan Umat), membina Aisyiah, mendirikan percetakan Muhammadiyah dengan cara mengumpulkan saham dan mencari dan untuk mendirikan sekolah. Aktif menjadi juru dakwah ke berbagai tempat, pandai berpidato, bahkan menjadi wartawan serta memimpin beberapa media massa dan majalah seperti “Islam Bergerak” dan “Medan Moeslimin” di Solo, dan tahun 1918 – 1920 memimpin majalah “Sri Diponegoro”. Tahun 1921 dalam Kongres Muhammadiyah di Cirebon mengumpulkan para utusan untuk menerbitkan majalah “Suara Muhammadiyah”. Fachruddin banyak menulis buku antara lain “Pan Islamisme” “Kepentingan Pengajaran Agama Islam” dan buku “Kawan dan Lawan”.
Tahun 1925 Fachruddin merencanakan pawai besar-besarn umat Islam dan sukses. Pada tahun 1926 akan diselenggarakan kembali, tetapi dilarang oleh Pemerintah Belanda. Hal itu membuat Fachruddin mengecam dengan tajam tindakan pemerintah dengan membuat tulisan yang berjudul “Kebenaran itu tak boleh dilarang”. Masalah perburuhan pun mendapat perhatiannya, melancarkan kritikan tajam terhadap tindakan Belanda yang dimuat di surat kabar.
Karena tulisannya itu Fachruddin dijatuhi hukuman kurungan 3 bulan atau denda 300 gulden dan memilih membayar denda. Atas usul Fachruddin, Muhammadiyah mendirikan “Panitia Perbaikan Perjalanan Haji”. Menjelang Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1929, Fachruddin jatuh sakit, tetapi sempat berpidato. Pada tanggal 27 Februari 1929, Fachruddin wafat dalam usia muda, 39 tahun.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Aktivis muda usia dan wafat dalam usia muda ini, seorang pejuang yang mampu dan mau memikirkan berbagai hal secara sistematik. Gerak geriknya senantiasa menjadi perhatian Belanda.