Teuku Umar
Dalam usia muda Umar telah menduduki jabatan Kepala Kmapung Darat dekat Meulaboh. Setiap hari dikelilingi para pemberani khususnya bekas prajurit. Umar ingin menjadi pahlawan tangguh. Dari seluruh usianya, 19 tahun disumbangkan untuk perjuangan. Waktu perang Aceh meletus tahun 1873 sudah terjun dalam peperangan di kampungnya smapai ke Aceh Barat. Tahun 1875 datang ke VI Mukim dan bertemu pamannya, Nanta Setia yang telah mendur dari daerahnya, tetapi Tarum menantu paman merebutnya kembali VI Mukim dan berhasil. Tahun 1860 menikahi Tjut Nyak Dhien putri pamannya, yang bernama Janad Ibrahim Lamga. Tahun 1882 dibantu isterinya melancarkan serangan ke pos-pos militer Belanda, kemudian menyerang kapal milik Belanda yang nahkodanya orang Denmark dan tewas karena peyerangan itu, kapalnya diserahkan kepada Belanda dengan minta tebusan 25 ribu ringgit. Teuku Umar mengirim utusan kepada sultan Daud dan mepersembahkan uang 300 Dollar kepada Teuku Tjik Ditiro untuk perjuangan. Setelah berperang lebih dari 10 tahun Belanda menyakini bahwa Aceh tidak dapat ditundukkan dengan senjata. Untuk itu Belanda mencoba memecah belah kekuatan masyarakat. Belanda memanfaatkan Teuku Umar dengan memasukkannya ke Dinas Militer Belanda dengan gelar Teuku Johan Pahlawan. Tahun 1896 Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda membawa serta pasukan, uang, senjata, peluru, dan bersatu dengan Panglima Polim. Belanda mengirim bantuan besar dipimpin Van Heutsz. Tahun 1899 Teuku Umar berada di Meulaboh, keberadaanya diketahui Van Heutsz, maka tanggal 10 Februari 1899 malam pasukan Teuku Umar diserang Belanda dan Teuku Umar gugur seketika.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Keberaniannya menyergap kapal asing yang bersenjata lengkap, sangat dikagumi rakyat Aceh. Pahlawan nasional yang taktik perjuangannya amat sulit diterka, sampai isterinya menjadi bingung, malu dan marah waktu Umar memihak Belanda. Dua kali bolak –balik tunduk kepada Belanda, dengan taktik untuk dapat merebut senjata dan peralatan perang.