Syekh Yusuf Tajul Khalwati
Era tahun 1660 kesultanan Makasar dan Banten merupakan dua kerajaan besar di Nusantara yang menjadi musuh besar kompeni. Makasar sebagai pelabuhan pengumpul rempah-rempah dan hasil bumi, sedangkan Banten merupakan tempat perdagangan internasional. Tanggal 22 September 1644 dalam usia 18 tahun, Yusuf menuju Mekah, dan singgah di Banten. Waktu itu Bnaten sedang konfrontasi dengan kompeni. Yusuf tinggal di Banten selama 5 tahun, untuk belajar agama islam dan membangkitkan semangat agama dan berjuang melawan pengaruh asing. Selama 15 tahun belajar di Saudi Arabia, Yusuf merasa ilmunya sudah memadai, namanya diabdikan sebagai seorang Syekh. Sultan Ageng Tirtayasa mengetahui tingkat ilmu Syekh, maka Yusuf dipanggilnya ke Banten. Tahun 1664 Syekh Yusuf mempunyai beberapa peran yaitu menjadi guru putra Sultan Banten (Sultan Haji) dan menjadi mufti dan penasehat raja. Syekh Yusuf mempunyai charisma, namanya semakin popular dan sangat disegani kompeni. Orang Makasar dan Bugis berguru padanya. Pada bulan Maret 1682 berkecamuk perang Banten selama 6 bulan, kompeni mengalami kerugian. Sejak aawal perang Banten, Syekh Yusuf sangat ditakuti Kompeni, karena itu kompeni mengumumkan bahwa siapa yang dapat mengkap Syekh Yusuf akan diberi hadian 1000 ringgit. Akhirnya Yusuf tertangkap melalui penyanderaan putrinya kemudian penjara di Kastel Batavia. Tanggal 12 September 1684, Syekh Yusuf diasingkan ke Ceylon dalam usia 58 tahun, bersama dua orang isterinya dan dua orang pembantu wanita dan dua belas orang santri dan beberapa orang anaknya. Walaupun Syekh Yusuf dalam pembuangan, namun kharismanya masih tetap kuat. Terbukti bahwa jemaah haji dari Hindia Timur sekembalinya dari Mekah banyak yang singgah ke Ceylon untuk berguru selama beberapa bulan. Dalam kesempatan tersebut Syekh Yusuf menyelipkan pesan-pesan tersebut mengakibatkan berbagai pemberontakan. Kompeni tidak mengira bahwa pemberontakan yang terjadi ada kaitannya dengan Syekh Yusuf dalam pembuangan di Ceylon. Akibat semua itu Syekh Yusuf mendapat hukuman mati, akan tetapi mendapat protes dari raja Alangkir dari india dan raja Abdul Jalil dari Makasar. Akhirnya hukuman mati dirubah menjadi pembuangan seumur hidup. Tanggal 7 Juli 1997 dalam usia 68 tahun Syekh Yusuf diasingkan ke Capetown Afrika Selatan, disambut baik oleh Gubernur Simon Van Stel dan dihormati sebagai buangan politik.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Syeh nasionalis, pejuang yang dihormati kawan dan lawan ini tetap konsisten dan patut diteladani anak bangsa. Kharismanya tak kunjung padam meski dari tempat pembuangan sekalipun.