Menu
PAHLAWAN NASIONAL

Sultan Ageng Tirtajasa

Berdasarkan: Keppres No. 045/TK/TH. 1970, 1 Agustus 1970

Pada tahun 1645, masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakar Mahmud Abdulkadir, kakek Abdulfath, sudah ada perjanjian antara Banten dan Belanda, tetapi ketika Abdulfath menjadi Sultan, dia menolak memperbaharui perjanjian tersebut, sebaliknya dia berusaha menghalangi perdagangan Belanda di Banten. Akibatnya, timbul ketegangan dengan Belanda sementara Abdulfath menjalin persahabatan dengan kerajaan-kerajaan lain yakni Cirebon, Mataram, dan Demak. Hubungan dengan Lampung, Selebar, dan Bengkulu semakin dipererat. Sepanjang tahun 1656, pasukan Banten membakar kebun-kebun tebu milik Belanda, membakar pos-pos pertahanan Belanda, dan menyerang kapal Belanda yang dijumpai di lautan.

Akhir 1657, kedua belah pihak mengajukan usul perjanjian damai, namun tidak tercapai. Tanggal 11 Mei 1658, Sultan Ageng mengumumkan perang dengan Belanda, dan pertempuran hebat terjadi, kemudian meningkat satu lawan satu, banyak perwira Belanda tewas. Khusus di Angke, Tangerang, Sultan menjanjikan siapa yang dapat membunuh opsir Belanda akan diberi hadiah satu kampung, kedudukan, dan uang. Belanda mengajak berdamai. Meskipun perjanjian sudah ditandatangani, namun Sultan Ageng tetap waspada dan mendirikan istana baru “Tirtajasa””. Sejak itu, Sultan Ageng dikenal sebagai Sultan Ageng Tirtajasa.

Tahun 1671 Sultan Ageng menyerahkan urusan sehari-hari pada puteranya yang kelak disebut Sultan Haji. Sejak itu, Banten ada dua orang sultan, yakni Sultan Ageng yang menetap di Istana Tirtajasa, dan Sultan Haji di Surosowan. Hubungan Sultan Haji dengan Belanda semakin erat dan ini menjadi berbahaya. Akhirnya Sultan Ageng menyerang Istana Surosowan (1682) dengan tujuan menyerang Belanda. Pertempuran tidak seimbang, Sultan Ageng menyingkir ke Sajira, perbatasan Bogor. Atas tipu muslihat Belanda, lewat puteranya, Sultan Ageng ditangkap dan dipenjara di Jakarta pada 1683 dan wafat di penjara tahun itu juga.

Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki

Sultan yang selalu waspada dan berpadangan jauh ke depan, konsisten, dan konsekuen dalam bertindak. Bahkan menyerang istana putera kandungnya pun dilakukan untuk melawah penjajah.

IKATAN KELUARGA PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA

Meneguhkan Persatuan Bangsa yang Berdaulat, Adil, dan Makmur

WEB TERKAIT

Informasi

Hubungi Kami

Kementerian Sosial, Gedung C, Lantai Dasar
Jl. Salemba Raya No. 28, Jakarta Pusat
IKPNI.com merupakan situs resmi yang diakui oleh Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. Seluruh konten serta opini dalam situs ini berdasarkan fakta-fakta yang tersedia, namun tidak mewakili pendapat Inspira Mediatama. Konten dalam situs ini sebaiknya tidak dijadikan dasar oleh pembaca dalam mengambil keputusan komersial, hukum, finansial, atau lainnya. Pada artikel yang sifatnya umum, pembaca disarankan mencari pendapat dari profesional sebelum menanggapi dan mengoreksi konten informasi yang dipublikasi jika mungkin tidak sesuai dengan pandangan pembaca. Publisher tidak bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang tayang, bagaimanapun disebabkan. Website ini dibuat untuk IKPNI dengan hak cipta. Kepemilikan merek dagang diakui. Dilarang menyalin, menyimpan, atau memindahkan dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari publisher.
Kilas Sejarah Hari Ini
5 Oktober 2004

Sulawesi Barat menjadi provinsi sendiri

Sejak tahun 1960, pembentukan Provinsi Sulawesi Barat telah diperjuangkan namun ditolak pada 1963 ketika pemerintah pusat justru membentuk Provinsi Sulawesi Tenggara. Momentum pembentukan provinsi baru ini mencuat setelah gerakan reformasi 1998, tepatnya pada tahun 1999. Perjuangan panjang ini akhirnya menemui...

Selengkapnya...
Sulawesi Barat menjadi provinsi sendiri ( 5 Oktober 2004 )
1
"Hallo, Admin. Website IKPNI."
Powered by