Marthen Indey
Sebagai anggota Polisi Hindia Belanda, Marthen Indey pernah ditugaskan mengawasi para Digulis di Tanah Merah. Justru disini mulai mendapat pengaruh nasionalisme. Dengan sekitar 30 orang anak buahnya, Indey merencanakan untuk menangkap aparat pemerintah Belanda di Digul tetapi gagal, dan Indey diangkut Belanda ke Australia. Ketika Jepang memasuki Irian, tahun 1944 kembali ke Irian bersama Sekutu dan mendapat tugas melatih Anggota Batalyon Papua yang dibentuk Sekutu untuk menghadapi Jepang. Walaupun tahun 1945-1947 menjadi aparat pemerintah Belanda sebagai Kepala Distrik Arso Yamay dan Wais, namun diam-diam Indey bergabung dengan kelompok Sugoro (bekas Digulis) yang bekerja sebagai Guru Sekolah Pamong Praja di Kota Nica.
Desember 1945, kelompok ini menyiapkan pemberontakan penumbangan kekuasaan Belanda dan merealisasikan proklamasi kemerdekaan Indonesia di Irian Barat, akan tetapi rencana mereka diketahui Belanda. Oktober 1946, Indey menjadi anggota Komite Indonesia Merdeka (KIM) pimpinan Dr. Gerungan di Hollandia Binmen, kemudian menjadi ketuanya. Namun KIM kemudian berganti nama menjadi Partai Indonesia Merdeka (PIM).
Dalam kedudukan sebagai ketua PIM, Indey memimpin delegasi yang terdiri atas 12 Kepala Suku menyampaikan protes terhadap maksud Belanda untuk memisahkan Irian Barat dari Indonesia. Indey mengimbau anggota militer yang bukan orang Belanda untuk melancarkan perlawanan terhadap Belanda. Akibatnya, Indey diawasi secara ketat. Kesempatan cuti ke Ambon dimanfaatkan Indey menghubungi kelompok pro Indonesia di Maluku. Indey ditangkap Belanda dan dipenjara selama 3 tahun. Sesudah tahun 1950, Indey tetap memelihara kontak dengan kelompok pro Indonesia yang melakukan gerakan bawah tanah. Persetujuan New York tanggal 15 Agustus 1962 mengakhiri Trikora dan Irian Jaya ditempatkan di bawah Pemerintah Sementara PBB (UNTEA).
Desember 1962, Indey ke New York untuk berjuang di PBB agar periode UNTEA dipersingkat dan Irian Jaya secepatnya dimasukkan ke dalam wilayah RI. Sesudah itu ke Jakarta menyampaikan Piagam Kota Baru kepada Presiden Soekarno yang berisi ketegasan tekad penduduk Irian Jaya untuk tetap setia kepada RI. Selama 1963-1968, Indey menjadi anggota MPRS mewakili Irian Jaya, di samping sebagai kontrolir diperbantukan pada Residen Jayapura, juga diangkat sebagai Mayor Tituler.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Kedudukannya sebagai aparat Belanda tidak menyurutkan cintanya pada negara. Bahkan bangkit melawan Belanda. Kesempatan cuti dimanfaatkan untuk berjuang bagi negara.