Fatmawati Soekarno, Hj
Ketika masih pelajar HIS di Bengkulu, pada tahun 1935 aktif menjadi pengurus Nasyiatul Aisyiah Muhammadiyah, sering mengikuti Konferensi Muhammadiyah antara lain sebagai pembaca ayat Al-Qur’an, paduan suara dan pawai obor. Tanggal 24 Desember 1938 berperan sebagai Bunda Maria dalam sandiwara pada perayaan Kudus di RK Vaks School Jakarta. Tahun 1939, sering membaca surat kabar Galuh Indonesia Raya, Pikiran Rakyat, Sasaran dan Penabur hasil pinjaman dari Soekarno.
Tahun 1943 setelah tinggal bersama Bung Karno di Jakarta, Fatmawati sering berdiskusi dengan para tokoh waninta. Kedekatan dengan Bung Karno (sebagai istri) memberi peluang untuk mengenal lebih jauh mengenai masalah perjuanga. Jiwa dan semangat nasionalismenya sangat tinggi.
Saat bangsa Indonesia sedang mempersiapkan kemerdekaan, Fatmawati mewujudkan semangat nasionalismenya. Bendera yang dijahit Fatmawati dan dikibarkan pada saat proklamasi telah dapat merubah citra bangsa Indonesia di mata dunia dari bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Tahun 1945 menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI, Fatmawati dengan setia mendampingi Bung Karno dalam pengasingan di Rengasdengklok, Karawaang. Ketika kondisi Jakarta sangat gawat, Fatmawati bersama Guntur yang masih bayi tetap mendampingi Bung Karno dalam perjuangannya yang selalu berpindah-pindah, dan akhirnya hijrah ke Yogyakarta pada tanggal 4 Janjuari 1946.
Dalam bidang kewanitaan, Fatmawati telah berhasil memasukkan anggota dari kalangan wanita dalam KNIP untuk pertama kalinya, yaitu dengan diangkatnya Ny. Wakijah Sukijo, Ny. Pujo Utomo dan Ny. Mahmudah Mas’ud sebagai anggota KNIP berdasarkan Penpres No. 17 tahun 1949.
Tahun 1951, Fatmawati dengan gigih ikut memperjuangkan agar dokumen, barang dan arsip pemerintah RI yang dirampas oleh Belanda dapat dikembalikan. Selama kurun waktu 1965 – 1968, Fatmawati merupakan salah seorang yang gigih berjuang menjadikan eks Keresidenan Bengkulu sebagai Propinsi Bengkulu.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Tangan lembut wanita ini menjahit Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan saat proklamasi RK. Hati dan nurani keibuannya sangat peduli pada kesejahteraan istri prajurit yang ditinggal gerilya sang suami. Keinginannya yang keras mampu mengembalikan seluruh dokumen pemerintah RI yang dirampas Belanda.