Alexander Andries Maramis (AA.Maramis)

Kehidupan Awal dan Keluarga
Alexander Andries Maramis, atau akrab disapa Alex oleh keluarganya, lahir di Paniki Bawah, Manado, Sulawesi Utara, pada tanggal 20 Juni 1897. Ia merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara dalam keluarga Maramis-Ticoalu, keluarga terpandang di Minahasa.
Ayahnya bernama Andries Alexander Maramis (Andie), sedangkan ibunya adalah Charlotte Ticoalu. Setelah ibunya wafat pada tahun 1919, ayahnya menikah kembali dengan Julia Mogot.
Alex adalah keponakan dari Maria Walanda Maramis, Pahlawan Nasional yang dikenal sebagai pelopor pergerakan perempuan di Minahasa.
Pendidikan dan Masa Muda
Pendidikan awalnya ditempuh di Europesche Lagere School (ELS) di Manado. Ia kemudian melanjutkan ke Hollandsch-Inlandsche School (HBS) di Jakarta dan lulus pada tahun 1918.
Bersama dua sahabatnya, Achmad Soebardjo dan Natsir Datuk Pamuntjak, Alex melanjutkan studi ke Universitas Leiden di Belanda dan meraih gelar Meester in de Rechten (Mr.) dalam bidang hukum.
Di masa kuliahnya, Alex aktif dalam organisasi Indonesische Vereniging, yang kemudian dikenal sebagai Perhimpoenan Indonesia. Perkumpulan ini menjadi tempat berhimpunnya para calon pendiri bangsa seperti Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, Achmad Subardjo, Iwa Kusumasumantri, GSSJ Ratulangi, RM Sartono, dan lainnya.
Selain cerdas dan visioner, Alex juga dikenal sebagai pria yang mahir bermain biola.
Karier Awal dan Keluarga
Sekembalinya ke tanah air, Alex mengikuti jejak keluarganya sebagai advokat dan sempat berpraktik hukum di Palembang, Tanjung Karang, Jakarta, dan Semarang.
Pada tahun 1928, ia menikah dengan Elizabeth Marie, seorang perempuan keturunan Belanda-Bali. Namun, pernikahan mereka tidak dikaruniai anak.
Kiprah Politik Menjelang dan Pasca-Kemerdekaan
Menjelang kemerdekaan Indonesia, Alex Maramis aktif sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan menjadi anggota penting dalam Panitia Sembilan, yang merumuskan Piagam Jakarta—cikal bakal Pembukaan UUD 1945.
Ia juga menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan turut merumuskan asas negara dan UUD 1945.
Setelah Indonesia merdeka, Alex dipercaya untuk menduduki berbagai posisi penting, antara lain:
- Wakil Menteri Keuangan (1945)
- Menteri Keuangan pada Kabinet Sjahrir I & II (1947–1948)
- Menteri Keuangan pada Kabinet Hatta I (1948–1949)
- Menteri Luar Negeri dalam Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada Desember 1948
Saat menjabat Menteri Keuangan, Alex Maramis menjadi tokoh penting dalam sejarah keuangan Indonesia. Beliaulah yang pertama kali menandatangani dan menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI), alat pembayaran resmi pertama Republik Indonesia. Penerbitan ORI ini tercatat sebagai prestasi besar dan diakui dalam Museum Rekor Indonesia pada tahun 2007.
Karier Diplomatik dan Pengabdian di Usia Senja
Setelah masa kabinet, Alex Maramis diangkat sebagai Duta Besar Istimewa dan Berkuasa Penuh untuk mengawasi seluruh perwakilan Indonesia di luar negeri. Ia juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Jerman Barat, Filipina, Rusia, dan Finlandia.
Meski menetap di Lugano, Swiss pada masa tuanya, Alex tetap diminta kembali untuk mengabdi dalam Panitia 5 Kesatuan Tafsir Pancasila, yang bertugas memperkuat tafsir Pancasila sesuai Pembukaan UUD 1945. Panitia ini diketuai oleh Mohammad Hatta, dan beranggotakan Achmad Soebardjo, Sunarjo, Pringgodigdo, dan A.A. Maramis.
Akhir Hayat dan Penghormatan
Pada tahun 1976, Presiden Soeharto membentuk Panitia Pemulangan A.A. Maramis dari Swiss, yang diketuai oleh sahabat lamanya, Achmad Soebardjo. Saat dijemput, Alex sudah berusia 79 tahun dan dalam kondisi sakit.
Ia wafat pada tanggal 31 Juli 1977, di Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta, setelah satu tahun kembali ke tanah air. Jenazahnya dimakamkan dengan penghormatan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.
Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya, A.A. Maramis dianugerahi Bintang Republik dan Mahaputera pada tahun 1992, dan dikenang sebagai salah satu dari 45 pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Catatan: SRHandini B.Maramis
(berbagai sumber)