
Museum Perumusan Naskah Proklamasi Gelar “Bulan Proklamasi” Peringati HUT ke-80 RI
Jakarta, 16 Agustus 2025 –
Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI) menyampaikan apresiasi yang tinggi atas terselenggaranya rangkaian kegiatan Bulan Proklamasi yang digelar oleh Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok). Bagi IKPNI, kegiatan ini bukan sekadar peringatan sejarah, melainkan juga bentuk nyata pelestarian nilai-nilai perjuangan yang telah diwariskan para pahlawan bangsa.
IKPNI menilai bahwa Bulan Proklamasi merupakan momen penting untuk mengenang jejak langkah para pendiri bangsa sekaligus menumbuhkan semangat kebangsaan. Munasprok dinilai telah secara konsisten menghadirkan ruang refleksi sejarah serta edukasi kebangsaan yang relevan bagi generasi muda. Dalam pernyataannya, IKPNI juga menegaskan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah dan jasa para pahlawannya.
Melalui kegiatan ini, IKPNI kembali mengingatkan pentingnya pewarisan semangat juang, kebersamaan, dan nasionalisme sebagai fondasi dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai bagian dari peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok) kembali menyelenggarakan rangkaian kegiatan Bulan Proklamasi. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan yang ditujukan untuk mengenang peristiwa bersejarah perumusan Naskah Proklamasi pada tanggal 16 Agustus 1945.
Acara dibuka dengan kegiatan unggulan Tapak Tilas Proklamasi, sebuah tradisi tahunan yang bertujuan menghidupkan kembali memori perjuangan serta menanamkan semangat kepahlawanan dalam diri masyarakat, khususnya generasi muda.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon (ketiga kiri), Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha (kiri) dan anak dari Wakil Presiden pertama Indonesia Mohammad Hatta, Halida Hatta (kedua kiri) melepas Pawai Tapak Tilas Proklamasi 2025 di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Sabtu (16/8/2025). (Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso)
Selain itu, Munasprok juga menghadirkan pameran temporer bertajuk “Tokoh Henk Ngantung, Seni dan Diplomasi di Rumah Bersejarah”. Pameran ini menampilkan koleksi seni serta narasi ketokohan Henk Ngantung yang berperan dalam dunia seni dan diplomasi di era kemerdekaan.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi sendiri merupakan bangunan bersejarah tempat disusunnya naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh tiga tokoh utama: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Mr. Ahmad Subardjo. Di dalam museum ini, pengunjung dapat menyaksikan langsung ruang-ruang bersejarah seperti ruang tamu, ruang perumusan naskah, ruang pengetikan oleh Sayuti Melik, dan ruang tempat para tokoh berdiskusi menentukan isi proklamasi. Koleksi yang ditampilkan antara lain dokumen-dokumen sejarah, foto-foto langka, mesin ketik bersejarah, serta benda pribadi para tokoh kemerdekaan.
Proses penulisan Naskah Proklamasi terjadi dalam suasana yang penuh ketegangan pada malam 16 Agustus 1945. Usai peristiwa penculikan ke Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta akhirnya kembali ke Jakarta setelah dijemput oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mereka kemudian menuju rumah Laksamana Maeda—yang saat itu dianggap sebagai tempat yang netral dan aman—dan menjadikannya lokasi perumusan naskah proklamasi. Rumah tersebut kini dikenal sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok).
Peristiwa penting ini berlangsung di bulan Ramadan tahun 1945, menambah khidmat suasana malam kemerdekaan. Dalam proses perumusannya, Ahmad Subardjo menyusun paragraf pembuka yang menyatakan bahwa rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Mohammad Hatta kemudian menambahkan paragraf kedua yang memuat makna pelaksanaan dari kemerdekaan itu sendiri.
Soekarno menuliskan kedua paragraf tersebut dengan tangannya sendiri—kalimat yang singkat, tegas, namun menggambarkan jiwa dan harapan bangsa Indonesia yang telah lama terjajah. Naskah tulisan tangan itu lalu diketik oleh Sayuti Melik, dengan beberapa penyempurnaan redaksional.
Naskah inilah yang kemudian dibacakan oleh Ir. Soekarno pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 di halaman rumahnya, Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Pembacaan naskah tersebut menjadi tonggak sejarah pernyataan kemerdakaan menuju kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia

Museum Perumusan Naskah Proklamsi. Jalan Imam Bonjol No. 1, Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10310 Museum ini terletak di kawasan Menteng, tidak jauh dari pusat pemerintahan dan kawasan bersejarah lainnya seperti Tugu Proklamasi dan Museum Joang 45. Dapat ditempuh dengan jalan kaki di antara rumah Hatta di jl Imam Bonjol , rumah Sukarno di Jl Pegangsaan 56 dan rumahh Soebardjo di Jl Cikini Raya 80 – 82.

Ibu Dewi Subardjo (Putri bungsu Mr. Ahmad Subardjo) dan Ibu Hj. Melani Leimena Suharli turut hadir dalam acara, di apit oleh Ibu Herlina Nasution serta Bapak Helmi, Kepala Arsip Nasional
Rangkaian acara dimeriahkan oleh partisipasi komunitas, penampilan kesenian tradisional, sambutan dari tokoh nasional, hingga monolog teatrikal. Puncak acara adalah Pawai Tapak Tilas Proklamasi, diikuti lebih dari 1000 peserta yang berjalan dari Museum Joang 45 menuju Museum Perumusan Naskah Proklamasi, dan berakhir di Tugu Proklamasi. Pawai ini menjadi simbol penghormatan terhadap langkah perjuangan para pendiri bangsa dalam merumuskan kemerdekaan Indonesia.

Bersama Menteri Kebudayaan dan Wamen, meresmikan pembukaan “Tokoh Henk Ngantung, Seni dan Diplomasi di Rumah Bersejarah dok. Kemenbud
Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI) menyambut baik kegiatan ini sebagai bentuk nyata pelestarian nilai perjuangan. Melalui momentum Bulan Proklamasi, IKPNI menegaskan pentingnya pewarisan semangat juang para pahlawan kepada generasi muda. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah serta jasa para pahlawannya. Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan lahir dari pengorbanan dan persatuan,
Sebagai saksi sejarah lahirnya NKRI, Munasprok terus menghadirkan ruang refleksi sejarah yang mengingatkan bangsa Indonesia akan pentingnya menjaga warisan perjuangan. Kegiatan Bulan Proklamasi ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan dan kecintaan terhadap tanah air, sekaligus memperkuat nilai-nilai kejuangan yang diwariskan para pahlawan bangsa.
Sumber
- Kememdikbud
- Munasprok
- Humas IKPNI