Soeharso, R., Prof., Dr.
Setelah menamatkan kuliah di Sekolah Kedokteran di Surabaya tahun 1939, bekerja di RSU Surabaya dan meraih gelar dokter spesialis bedah, di usianya yang muda, Soeharso sudah menunjukkan jiwa patriotiknya, hal ini tampak dari sikapnya yang pernah melawan suster Belanda karena merendahkan martabatnya. Akibatnya dokter Soeharso dibuang ke Ketapang Kalimantan Barat. Pada saat itu Dainipon dengan kejam membunuh semua orang yang terpelajar, maka Soeharso memutuskan melarikan diri bersama istri yang baru dinikahinya ke Jawa Tengah, termasuk dokter Agusdjam, mertuanya yang dibunuh Jepang.
Sampai di Solo jiwanya masih terancam karena terus diburu oleh Dinas Rahasia Jepang, namun Tuhan masih melindunginya ketika akan ditangkap Soeharso sedang mengoperasi usus buntu komandan tentara Jepang. Masa perang kemerdekaan Soeharso banyak merawat para pejuang yang terluka dengan membawa obat-obatan ke daerah gerilya di pedalaman, bergabung dengan PMI atau menyamar sebagai petani. Kemudian Soeharso mendirikan dan menjadi Supervisor Rehabilitasi Centrum yang diresmikan Presiden Soekarno (1955).
Berhubung di masyarakat banyak penderita cacat anak-anak, Soeharso mendirikan Yayasan Pemelihara Anak Cacat (YPAC) di Solo tahun 1953, dan tersebar di 16 kota seluruh Indonesia, serta mendirikan juga Yayasan Sheltered Workshop (YSW). Soeharso juga ikut memprakarsai koperasi penderita cacat. Soeharso sering mengoperasi para pejuang bahkan sampai mengamputasi, namun setelah cacat justru pasiennya merasa tak berguna lagi, Soeharso pun merasa sedih, pilu melihat kondisi mental pasiennya dan harus berbuat sesuatu. Kembali Tuhan menolongnya dengan memberi kemampuan untuk membuat kaki dan tangan palsu, untuk mendalami ilmu bedah Orthopedi ini dokter Soeharso belajar sampai ke Inggris (1950).
Nilai Kepribadian Luhur yang dimiliki
Pendiri berbagai yayasan cacat antara lain Yayasan Pembina Olahraga Cacat, Perkampungan Paraplegia (Paraplegic Village) di Solo bagi para penderita cacat layuh kedua kakinya. Berkat pemikiran, usaha dan keberaniannya merupakan “Tonggak Sejarah” bagi upaya kemanusiaan penolong penderita cacat di Indonesia. Seorang dokter yang tekun menggeluti profesinya disertai dengan naluri kemanusiaan yang tinggi.