Menu
PAHLAWAN NASIONAL

Tuanku Imam Bonjol

Berdasarkan: Keppres No. 087/TK/TH. 1973, 6 November 1973

Imam Bonjol tumbuh dewasa ketika Sumatera Barat dilanda perang saudara, antara golongan Paderi dan golongan adat. Golongan Paderi berusaha membersihkan ajaran agama yang sudah banyak diselewengkan dan mengembalikan ajaran Islam yang murni.

Tantangan datang dari golongan adat. Apabila Paderi berhasil, ulama akan berkuasa. Golongan adat mencari bantuan kepada Inggris, tetapi tidak berhasil. Dalam perjanjian tahun 1821 setelah Inggris menyerahkan Sumbar ke Belanda, golongan adat dibantu oleh Belanda. Ketika Imam Bonjol sudah menjadi ulama terkemuka di Alahan Panjang, Imam Bonjol berdiri di pihak Paderi.

Tahun 1824 Belanda mengadakan perjanjian dengan Tuanku Imam Bonjol yang disebut “Perjanjian Masang”. Belanda mengakui Imam Bonjol sebagai penguasa daerah Alahan Panjang dan berjanji tidak akan menggunakan kekerasan di daerah lain di Sumatera Barat. Namun Belanda ingkar dan menyerang, karena itu, Imam Bonjol tidak merasa terikat dengan perjanjian tersebut dan Belanda berbuat sewenang-wenang. Masjid ditempati sebagai tangsi militer.

Para pemuka merencanakan pemberontakan dan pada tanggal 11 Januari 1833 dini hari penduduk menyerang dan membunuh Belanda yang berada di masjid Bonjol dan di pos-pos Belanda, namun gagal. Pada tanggal 25 Oktober 1833, Belanda mengumumukan “Palakat Panjang” yang mengajak rakyat berdamai. Selama tiga tahun Belanda gagal menguasai Bonjol.

Tahun 1837, benteng Bonjol jatuh ke tangan Belanda. Tuanku Imam Bonjol menyingkir ke Marapak, kemudian ke Pelupuh untuk berunding dengan Residen Rancis, namun disana di tangkap dan dibuang ke Cianjur, lalu dipindahkan ke Ambon, lalu ke Lota dekat Manado dan wafat disana.

Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki

Ulama pejuang ini berkeinginan menegakkan ajaran Islam yang murni, karena itu memilih berdiri di pihak Paderi, ketika bertempur dengan pemuka adat di Sumatera Barat yang merasa pengaruhnya akan berkurang jika golongan Paderi berkuasa. Sistem pertahanan bentengnya sangat khas dalam menghadapi Belanda.

Galeri

IKATAN KELUARGA PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA

Meneguhkan Persatuan Bangsa yang Berdaulat, Adil, dan Makmur

WEB TERKAIT

Informasi

Hubungi Kami

Kementerian Sosial, Gedung C, Lantai Dasar
Jl. Salemba Raya No. 28, Jakarta Pusat
IKPNI.com merupakan situs resmi yang diakui oleh Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. Seluruh konten serta opini dalam situs ini berdasarkan fakta-fakta yang tersedia, namun tidak mewakili pendapat Inspira Mediatama. Konten dalam situs ini sebaiknya tidak dijadikan dasar oleh pembaca dalam mengambil keputusan komersial, hukum, finansial, atau lainnya. Pada artikel yang sifatnya umum, pembaca disarankan mencari pendapat dari profesional sebelum menanggapi dan mengoreksi konten informasi yang dipublikasi jika mungkin tidak sesuai dengan pandangan pembaca. Publisher tidak bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang tayang, bagaimanapun disebabkan. Website ini dibuat untuk IKPNI dengan hak cipta. Kepemilikan merek dagang diakui. Dilarang menyalin, menyimpan, atau memindahkan dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari publisher.
Kilas Sejarah Hari Ini
11 September 1811

Perang Jawa Inggris – Belanda

Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya serangan Inggris, Gubernur-Jendral Hindia Belanda, Herman Willem Daendels memperkuat pulau Jawa. Ketakutan itu terbukti, pada 1810, sebuah ekspedisi Perusahaan Hindia TImur Britania yang kuat di bawah Gilbert Elliot, Gubernur-Jendral India merebut Pulau Reunion dan Mauiritius milik...

Selengkapnya...
Perang Jawa Inggris – Belanda ( 11 September 1811 )
1
"Hallo, Admin. Website IKPNI."
Powered by