Tengku Tjik Ditiro
Masa kecilnya dijalani di dua tempat, yaitu di Garot dan di Tiro. Di tempat-tempat itulah dia bergaul dengan para santri. Pelajaran agama didapat dari ayah dan pamannya. Karena dirasa belum cukup, belajar pada beberapa orang guru lain dan terakhir pada Tuanku Tjik di Lamkrak. Setelah itu dia membantu pamannya, Teungku Tjik Dayah Tjut mengajar di Tiro. Saat berkunjung kembali ke Lamkrak sebelum menunaikan ibadah haji, sempat menyaksikan gerilya menyerang pos-pos tentara Belanda. Pulang dari menunaikan ibadah haji, perhatiannya tidak sepenuhnya pada tugas mengajar di pesantren, tetapi kepada perjuangan melawan Belanda. Oleh sebab itu, segera memenuhi permintaan utusan dari Gunung Biram, tempat sebagian gerilyawan Aceh bermarkas untuk memimpin dan mengobarkan kembali semangat perang melawan Belanda. Berkat bantuan Tuanku Mahmud, Sultan Aceh berhasil menghubungi Panglima Polim dan bersedia.
Selanjutnya, Tjik Ditiro membentuk angkatan perang dengan nama Angkatan Perang Sabil. Bulan Mei 1881, pasukan Tjik Ditiro merebut Benteng Belanda di Indrapuri. Kemudian menyerang Samahani dan Benteng Aneuk Galong. Pada tanggal 12 Juni 1882, Angkata Perang Sabul bergerak ke Ulehleh, Lok Ngahm, dan Lamtong untuk menyerang Banda Aceh. Pasukan Tjik Ditiro dikepung oleh Belanda, tetapi berhasil meloloskan diri. Belanda menyerang Pulau Breueh, namun mengalami kekalahan. Seluruh pasukan dan komandannya tewas. Karena sering menderita kekalahan, Belanda mengubah siasat, memecah belah, dan menghasut, tetapi usaha tersebut gagal. Sultan pun dihasut, kepada Sultan dikatakan bahwa bukan Sultan yang berkuasa di Aceh, tetapi Tjik Ditiro, dan inipun gagal.
Akhirnya Belanda menemukan orang yang berambisi menjadi Kepala Sogi XXII Mukim. Belanda berjanji akan mengangkatnya asal dapat membunuh Teungku Tjik Ditiro. Waktu Tjik Ditiro datang ke Benteng Tui Suileng dan pergi ke masjid, Nyak Ubit, perempuan yang diperalat oleh calon pengganti Kepala Sogi XXII menghidangkan makanan dicampur racun. Jiwanya tak tertolong dan wafat di bulan Januari 1891 karena racun tersebut.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Ulama yang berpendirian keras ini menggunakan berbagai cara dalam taktik perjuangannya. Menghimpun dan merangkul teman, merebut benteng Belanda, menolak ajakan damai Belanda. Singkatnya olah fisik dan psikis dilakukannya.