Menu
PAHLAWAN NASIONAL

Tengku Tjik Ditiro

Berdasarkan: Keppres No. 087/TK/TH. 1973, 6 November 1973

Masa kecilnya dijalani di dua tempat, yaitu di Garot dan di Tiro. Di tempat-tempat itulah dia bergaul dengan para santri. Pelajaran agama didapat dari ayah dan pamannya. Karena dirasa belum cukup, belajar pada beberapa orang guru lain dan terakhir pada Tuanku Tjik di Lamkrak. Setelah itu dia membantu pamannya, Teungku Tjik Dayah Tjut mengajar di Tiro. Saat berkunjung kembali ke Lamkrak sebelum menunaikan ibadah haji, sempat menyaksikan gerilya menyerang pos-pos tentara Belanda. Pulang dari menunaikan ibadah haji, perhatiannya tidak sepenuhnya pada tugas mengajar di pesantren, tetapi kepada perjuangan melawan Belanda. Oleh sebab itu, segera memenuhi permintaan utusan dari Gunung Biram, tempat sebagian gerilyawan Aceh bermarkas untuk memimpin dan mengobarkan kembali semangat perang melawan Belanda. Berkat bantuan Tuanku Mahmud, Sultan Aceh berhasil menghubungi Panglima Polim dan bersedia.

Selanjutnya, Tjik Ditiro membentuk angkatan perang dengan nama Angkatan Perang Sabil. Bulan Mei 1881, pasukan Tjik Ditiro merebut Benteng Belanda di Indrapuri. Kemudian menyerang Samahani dan Benteng Aneuk Galong. Pada tanggal 12 Juni 1882, Angkata Perang Sabul bergerak ke Ulehleh, Lok Ngahm, dan Lamtong untuk menyerang Banda Aceh. Pasukan Tjik Ditiro dikepung oleh Belanda, tetapi berhasil meloloskan diri. Belanda menyerang Pulau Breueh, namun mengalami kekalahan. Seluruh pasukan dan komandannya tewas. Karena sering menderita kekalahan, Belanda mengubah siasat, memecah belah, dan menghasut, tetapi usaha tersebut gagal. Sultan pun dihasut, kepada Sultan dikatakan bahwa bukan Sultan yang berkuasa di Aceh, tetapi Tjik Ditiro, dan inipun gagal.

Akhirnya Belanda menemukan orang yang berambisi menjadi Kepala Sogi XXII Mukim. Belanda berjanji akan mengangkatnya asal dapat membunuh Teungku Tjik Ditiro. Waktu Tjik Ditiro datang ke Benteng Tui Suileng dan pergi ke masjid, Nyak Ubit, perempuan yang diperalat oleh calon pengganti Kepala Sogi XXII menghidangkan makanan dicampur racun. Jiwanya tak tertolong dan wafat di bulan Januari 1891 karena racun tersebut.

Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki

Ulama yang berpendirian keras ini menggunakan berbagai cara dalam taktik perjuangannya. Menghimpun dan merangkul teman, merebut benteng Belanda, menolak ajakan damai Belanda. Singkatnya olah fisik dan psikis dilakukannya.

IKATAN KELUARGA PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA

Meneguhkan Persatuan Bangsa yang Berdaulat, Adil, dan Makmur

WEB TERKAIT

Informasi

Hubungi Kami

Kementerian Sosial, Gedung C, Lantai Dasar
Jl. Salemba Raya No. 28, Jakarta Pusat
IKPNI.com merupakan situs resmi yang diakui oleh Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. Seluruh konten serta opini dalam situs ini berdasarkan fakta-fakta yang tersedia, namun tidak mewakili pendapat Inspira Mediatama. Konten dalam situs ini sebaiknya tidak dijadikan dasar oleh pembaca dalam mengambil keputusan komersial, hukum, finansial, atau lainnya. Pada artikel yang sifatnya umum, pembaca disarankan mencari pendapat dari profesional sebelum menanggapi dan mengoreksi konten informasi yang dipublikasi jika mungkin tidak sesuai dengan pandangan pembaca. Publisher tidak bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang tayang, bagaimanapun disebabkan. Website ini dibuat untuk IKPNI dengan hak cipta. Kepemilikan merek dagang diakui. Dilarang menyalin, menyimpan, atau memindahkan dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari publisher.
Kilas Sejarah Hari Ini
5 Oktober 2004

Sulawesi Barat menjadi provinsi sendiri

Sejak tahun 1960, pembentukan Provinsi Sulawesi Barat telah diperjuangkan namun ditolak pada 1963 ketika pemerintah pusat justru membentuk Provinsi Sulawesi Tenggara. Momentum pembentukan provinsi baru ini mencuat setelah gerakan reformasi 1998, tepatnya pada tahun 1999. Perjuangan panjang ini akhirnya menemui...

Selengkapnya...
Sulawesi Barat menjadi provinsi sendiri ( 5 Oktober 2004 )
1
"Hallo, Admin. Website IKPNI."
Powered by