Harun Bin Haji Said (Tahir), Kopral KKO ANM
Nama yang diberikan oleh orangtuanya adalah Tahir, setelah merantau ke Singapura nda mengikuti Haji Said, maka nama Tahir diganti menjadi Harun bin Haji Said. Setelah 5 tahun di Singapura, Harun kembali ke Jakarta, rajin mengikuti kursus Bahasa Inggris dan Cina, bahkan sempat menamatkan SMP, kemudia kursus SMA tidak sempat lulus, mengikuti kursus perkapalan yaitu Mualim Pelayaran Terbatas (MPT) tidak sempat diselesaikan karena tertarik masuk KKO-AL dan terdaftar dalam tugas sukarelawan dalam rangka Konfrontasi Malaysia yang bertemu dengan Djanantin alias Oman.
Oman dan Harun dimasukkan dalam Tim Brahmana I dibawah pimpinan Kapten KKO Paulus Subekti yang berpangkalan di Pulau Sambu, Riau. Tanggal 8 Maret 1965 ditugaskan menyusup ke Singapura untuk melaksanakan sabotase yang dapat menggoyahkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah Singapura. Sabotase pun berhasil, terjadi krisis kepercayaan rakyat kepada pemerintahnya.
Tanggal 10 Maret 1965 diputuskan untuk kembali ke Pulau Sambu. Oman dan Harun berangkat bersama-sama sedangkan Gani memisahkan diri. Oman dan Harun merampas motor boat seorang Cina, sayang di tengah lautan motor boat tersebut macet, sehingga pada tanggal 13 Maret 1965 ditangkap dan ditahan. Tanggal 20 Oktober 1965 dijatuhi hukuman mati. Tanggal 6 Juni 1966 naik banding, tetapi ditolak. Tanggal 17 Februari 1967 diajukan ke “Privi Council” di London.
Soeharto mengirimkan utusan pribadinya untuk menghubungi pejabat yang berwenang di Singapura, usaha terakhir inipun tetap gagal. Akhirnya tanggal 17 Oktober 1968 hukuman mati atas Oman dan Harun dilaksanakan di penjara Changi dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibatan, Jakarta.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Harun alias Tahir, pemberani, pengembara yang berbekal ijazah SMP dengan kursus bahasa Inggris dan Cina ini menyerah pasrah pada nasib garis kehidupan, karena dari awal sudah bertekad ingin mengabdi pada negara. Bersama dengan Djanatin telah berbuat yang terbaik untuk bangsanya.