Abdurrahman Baswedan
Riwayat Hidup
Pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Liga Arab. Lahir di Surabaya, pada tanggal 9 September 1908. Wafat di Jakarta, pada tanggal 16 Maret 1986 di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Dilahirkan dari orangtua yang bernama Awad Umar Baswedan dan Khadijah Badib. Memiliki seorang istri yang bernama Sjaichun dan tiga orang anak yang bernama Samhari Baswedan, Atika Baswedan dan I Melati Baswedan.
Identitas Pribadi
Abdurrahman Baswedan lahir pada tanggal 9 September 1908 di Surabaya. Ia besar di kota kelahirannya yang pada saat itu menjadi salah satu pusat perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tokoh pergerakan nasional yang bermukim di Surabaya antara lain adalah; Dr. Soetomo dan H.O.S Tjokroaminoto. Abdurrahman Baswedan terlibat dalam kegiatan perjuangan kemerdekaan. Ia tumbuh dewasa menjadi seorang nasional, pro kemerdekaan dan republikan sejati. Abdurrahman Baswedan meninggal dunia pada tanggal 16 Maret 1986 di Jakarta. Selain sebagai pejuang kemerdekaan, ia juga dikenal sebagai penulis, penyair, sastrawan dan politisi.
Riwayat Perjuangan
Abdurrahman Baswedan merupakan tokoh keturunan Arab yang memperjuangkan integrasi keturunan Arab menjadi bangsa Indonesia. Menurutnya keturunan Arab mempunyai kewajiban yang sama untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia menyebarkan pemikiran dan sikap politiknya tersebut melalui surat kabar tempatnya bekerja sebagai redaktur, diantaranya surat kabar Sin Tit Po dan Suara Umum.
Abdurrahman Baswedan adalah inisiator penyelenggaraan Kongres Peranakan Arab pada 4 Oktober 1934 di Semarang. Ada dua hal penting yang menjadi hasil kongres. Pertama: kesepakatan keturunan Arab dan Kedua: pembentukan Persatuan Arab Indonesia yang kemudian menjadi Partai Arab Indonesia (PAI). Kedua hasil kongres tersebut berlandaskan pemikiran dan sikap politik Abdurrahman Baswedan untuk mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Isi kesepakatan keturunan Arab dalam kongres di Semarang adalah: pengakuan Indonesia sebagai tanah air keturunan Arab, keturunan Arab berintegrasi menjadi bangsa Indonesia dan berkewajiban memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Abdurrahman Baswedan mengembangkan PAI sebagai saluran politik untuk keturunan Arab. Dibawah kepemimpinannya, PAI aktif membantu perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, antara lain mendukung Petisi Sutarjo dan Aksi Indonesia Berparlemen yang dicanangkan oleh Gapi.
Ketokohan Abdurrahman Baswedan mendapat pengakuan dari pemerintah pendudukan Jepang dan pemimpin pergerakan nasional sehingga ia diangkat menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mewakili golongan Arab.
Dalam persidangannya di BPUPKI, Abdurrahman Baswedan menegaskan kembali pemikiran dan sikap politiknya bahwa keturunan Arab merupakan bagian dari bangsa Indonesia.
Abdurrahman Baswedan adalah anggota misi diplomasi RI ke negara-negara Arab dan Mesir. Misi ini bertujuan untuk memperoleh pengakuan kedaulatan. Misi diplomasi yang dipimpin Menteri Luar Negeri H. Agus Salim berhasil memperoleh pengakuan kedaulatan dari pemerintah Mesir. Abdurrahman Baswedan membawa naskah pengakuan ini secara rahasia dengan cara menyembunyikan dalam kaos kakinya.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, Abdurrahman Baswedan tidak mendirikan kembali PAI yang dibubarkan pemerintah pendudukan Jepang (1942 – 1945), tetapi memilih untuk bergabung dalam Partai Masyumi.
Sebagai pemimpin Masyumi, Abdurrahman Baswedan mewakili partainya dalam kabinet Sjahrir kedua (Oktober 1946 – Juni 1947) sebagai Menteri Muda Penerangan. Setelah itu mewakili Abdurrahman Baswedan dalam parlemen (KNIP dan DPR) serta Badan Konstituante hasil Pemilu 1955.
Setelah Masyumi dibubarkan pada tahun 1960, Abdurrahman Baswedan mengalihkan kegiatannya ke bidang pendidikan, dakwah dan budaya. Ia bersama para tokoh Masyumi mendirikan Dewan Dakwah Islam Indonesia dan Badan Koordinasi Kebudayaan Islam.
Kesimpulan
Abdurrahman Baswedan terlibat dalam dunia pergerakan dengan mengusung cita-cita mewujudkan bangsa Indoneseia yang merdeka dan berdaulat. Sebagai keturuan Arab, ia menyuarakan cita-citanya ini dalam kelompok masyarakatnya dan juga ke masyarakat Indonesia secara luas.
Ia secara konsisten memperjuangkan integrasi keturunan Arab ke dalam bangsa Indonesia. Perjuangannya itu dilakukan melalui dunia jurnalistik, yaitu dengan tulisan-tulisannya di berbagai surat kabar, dalam dunia kepartaian melalui PAI dan juga di dalam BPUPKI.
Setelah keluar dari dunia politik di tahun 1960, Abdurrahman Baswedan mengalihkan perjuangannya ke dalam dunia pendidikan, dakwah dan budaya. Sesuai UU No. 20 Tahun 2009, tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan Pasal 25 dan Pasal 26, Abdurrahman Baswedan memenuhi syarat umum dan syarat khusus untuk diajukan sebagai Pahlawan Nasional.