Berbalas sajak dari dua orang besar HAMKA dan NATSIR, siapa lagikah pemimpin yang saling berkirim surat seperti ini sekarang?
Kepada Saudaraku M. Natsir
Meskipun bersilang keris di leher Berkilat pedang di hadapan matamu Namun yang benar kau sebut juga benar Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu Hidangkan di atas persada nusa Jibril berdiri sebelah kananmu Mikail berdiri sebelah kiri Lindungan Ilahi memberimu tenaga Suka dan duka kita hadapi
Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi Ini berjuta kawan sepaham Hidup dan mati bersama-sama Untuk menuntut Ridha Ilahi Dan aku pun masukkan Dalam daftarmu……!
(dikutip dari buku “Mengenang 100 tahun HAMKA”)
Dan sajak berikut merupakan rangkaian dari sajak berbalas dari M Natsir pada Buya Hamka yang sebelumnya menyusun sajak untuk M Natsir yang berjudul “Kepada saudaraku M Natsir”.
Saudaraku Hamka, Lama, suaramu tak kudengar lagi Lama …
Kadang-kadang, Di tengah-tengah si pongah mortir dan mitralyur, Dentuman bom dan meriam sahut-menyahut, Kudengar, tingkatan irama sajakmu itu, Yang pernah kau hadiahkan kepadaku,
Entahlah, tak kunjung namamu bertemu di dalam ”Daftar”. Tiba-tiba, Di tengah-tengah gemuruh ancaman dan gertakan, Rayuan umbuk dan umbai silih berganti, Melantang menyambar api kalimah hak dari mulutmu, Yang biasa bersenandung itu, Seakan tak terhiraukan olehmu bahaya mengancam.
Aku tersentak, Darahku berdebar, Air mataku menyenak, Girang, diliputi syukur
Pancangkan! *Pancangkan olehmu, wahai Bilal! Pancangkan Pandji-pandji Kalimah Tauhid, Walau karihal kafirun … Berjuta kawan sefaham bersiap masuk Kedalam ”daftarmu” …
Saudaramu,Tempat, 23 Mei 1959