Sutan Sjahrir
Sejak kecil, Sjahrir memperoleh pendidikan teratur dan menjadi siswa pandai, lemah lembut, dan bersahaja. Ketika di AMS Bandung, Sjahrir aktif di Jong Indonesia dan ikut meletakkan dasar kesatuan Indonesia di kalangan pemuda. Tahun 1938 mendirikan Volksuniversiteit karena yakin rakyat harus mendapat pendidikan pengetahuan umum. Universitas yang didirikan Sjahrir merupakan “mimbar rakyat” yang memberikan berbagai kursus. Sjahrir juga sering mengadakan pertunjukan sandiwara provokatif.
Di Belanda, Sjahrir tidak hanya sekolah, tapi juga mempelajari politik melalui “Perhimpunan Indonesia”. Ketika kongres di Belgia, Sjahrir bersama Mohammad Hatta memimpin delegasi Indonesia, berkenalan dengan Jawaharlal Nehru pemimpun delegasi India. Dari hasil kongres tersebut menghasilkan terbentuknya suatu badan yang diberi nama “Liga Anti Imperialisme”. Tahun 1934-1942, Sjahrir keluar masuk penjara karena sikap politiknya.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Sjahrir menjadi Ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pisat (KNIP) sejak tanggal 16 Oktober 1945. 14 November 1945 diangkat menjadi Perdana Menteri dan melaksanakan perundingan Linggarjadi yang akhirnya dikhianati Belanda. Tahun 1947, Sjahrir menghadiri Konferensi Asia di New Delhi, India dan menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang bersifat bebas aktif.
Tanggal 3 Juli 1946, Sjahrir diculik tapi segera dilepaskan. Keadaan politik memanas, pada 26 Juni 1947, Kabinet Sjahrir jatuh. Sjahrir menjadi Perdana Menteri tiga kali, merangkap Menteri Luar Negeri tiga kali dan merangkap Menteri Dalam Negeri 2 kali. Ketika Belanda melakukan agresi militernya yang pertama, Sjahrir ke New York untuk berjuang di forum PBB, maka masalah indonesia secara resmi menjadi persoalan Dewan Keamanan PBB.
Pada agresi militer kedua, Sjahrir ditawan dan diasingkan oleh Belanda. Sesudah pengakuan kedaulatan RI, Sjahrir tidak memegang jabatan negara, Sjahrir mencurahkan pikiran dan tenaganya pada partai. Mendirikan Partai Rakyat Sosialis (PARAS). Pada awal Desember 1945, PARAS bergabung dengan Partai Rakyat Sosialis yang dipimpin Amir Syarifudin yang tak lama kemudian mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang dibubarkan Presiden Soekarno pada tahun 1961.
Tanggal 16 Januari 1962, Sjahrir ditangkap dan ditahan di Madiun. Karena sakit parah, Sjahrir berobat ke Swiss dan wafat tanggal 9 April 1966 di sana.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Ahli hukum yang berdarah seni dan berjiwa pendidik berjuang dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki melalui berbagai jabatan dengan satu tujuan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Bahkan setelah tidak menjabat, Sjahrir terus berjuang melalui partainya.