Sultan Hasanuddin

Sebagai putera kedua Hasanuddin tidak berhak menduduki tahta kerajaan Gowa. Tetapi ketika ayahnya meninggal tahun 1655, para pembesar kerajaan sepakat untuk menobatkannya sebagai Raja. Pilihan didasarkan atas prestasi yang dicapainya sewaktu ayahnya memerintah.
Sejak awal memang sudah dipersiapkan untuk menjadi pewaris tahta kerajaan. Saat Hasanuddin naik tahta, pertentangan Gowa dengan VOC makin meningkat. Beberapa kerajaan kecil siap untuk melepaskan diri. Aru Palaka dengan dibantu raja Soppeng berontak tetapi dapat dipatahkan.
Tahun 1662 timbul insiden dengan VOC. Kapal De Walvisch dikejar dan kandas di pantai, 16 pucuk Meriam disita Gowa. Kapal VOC De Leeuwin tenggelam, sisanya 162 orang ditawan oleh Gowa. VOC mengirim 14 orang pegawainya ke tempat kapal kandas tanpa memberitahu kepada Hasanuddin. Raja Gowa merasa dilanggar kehormatannya, para pegawai VOC itu ditawan dan kemudian dibunuh.
Tahun 1665 Gubernur Jenderal mengajak berdamai dengan Hasanuddin namun gagal. Hubungan antara Gowa dan VOC semakin tegang. Bulan nopember 1666 armada VOC berangkat dari Batavia menuju Gowa. Armada tersebut berkekuatan 21 kapal perang membawa 1.000 orang tantara, 600 diantaranya tantara Belanda.
21 Desember 1666 VOC memaklumkan perang kepada Gowa. Benteng pertahanan Gow ditembaki dengan Meriam tetapi dibalas Gowa. Spellman mengubah taktik dengan menggerakkan armadanya ke Buton. Di perairan Buton, berkobar pertempuran, Belanda dibantu Aru Palaka. Gow kewalahan. 3 orang pimpinan Gowa ditawan Belanda.
Hasanuddin menyiapkan siasat melepaskan raja Bone La Madaremmeng dari tekanan untuk mencari simpati rakyat Bone, namun tiadk berhasil karena raja Bone menyerahkan kekuasaannya kepada Aru Palaka. Pertempuran berkobar kembali karena kekuatan teidak seimbang. Hasanuddin mengundurkan diri dari Benteng menuju Gowa, karena banyak kerugian akhirnya Sultan Hasanuddin membuat perjanjian Bongaya tanggal 18 Nopember 1667.
Perjuangan itu sangat merugikan Gawa. Oleh karena itu, Hasanuddin kembali meyusun kekuatannya. Pertempuran berkobar kembali. Belanda mengerahkan kekuatan yang lebih besar, tanggal 22 Juni 1669 benteng Somba Opu direbut Belanda, 272 meriam disita termasuk Meriam pusaka “Anak Makasar”. Hasanuddin menyingkir ke Mecein, akhirnya Hasanuddin turun takhta dan pemerintahan diserahkan kepada anaknya Sultan Amir Hamzah.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Selama 15 tahun memerintah, tak pernah berhenti perang dengan VOC meski persenjataan tak pernah berimbang namun usaha dan semangat juangnya tetap membara, sampai maut menjelangnya. Adaikan semangat seperti ini dimiliki anak bangsa dewasa ini, alangkah indahnya.
Tambahan Artikel:
Pesan-pesan, amanat, kata-kata bijak, nasehat Pahlawan
SULTAN HASANUDDIN
lahir di Makassar, 12 Januari 1631
Wafat. Makassar 12 Juni 1670
Orang Bugis-Makassar menyebutnya “Jangang Lakiya Battu Iraya”
Orang Belanda Menjulukinya “Haanstjes van Het Oosten”
Indonesiapun lebih mengenalnya “Ayam Jantan dari Timur”
I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Mohammad Bakir Tumenanga Ribulla Pangkawi, Putra Sultan Malikussaid dan I Sabbe Lokmok Tokuntu. Sultan Hasanuddin
“Sesungguhnya karena kesabaran rakyatku bersedia memberikan apa yang mereka inginkan dalam perjanjian Bongaya melalui aku, tapi mereka menghendaki jantungku, dan hati ini adalah martabat setiap manusia,“ kata sultan Hasanuddin saat akan menyetujui perjanjian Bongaya
“Bugis-Makassar adalah Saudara, aku dan Raja Bone bukanlah Musuh” kalimat terakhir yang diucapkan Sultan Hasanuddin kala hendak menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam keadaan sujud disaksikan seluruh penghuni benteng Somba Opu waktu itu.
Kita semua saudara, sipakatauki…saling memanusiakanlah sipaikainge’ki, saling mengingatkanlah, sipakalebbi’ki…saling menghargailah. siri’ na pacce, lebih baik mati dengan kehormatan daripada hidup menanggung malu. Terus tegakkan kebenaran untuk kemaslahatan umum tanpa pandang bulu, apapun yang terjadi sebagai sosok “Towarani”, ksatria pemberani yang sesungguhnya.
Sumber: http://raniansyah-pelangimerahputih.blogspot.com/2012/11/pesan-pesan-pahlawan.html