Soerjopranoto, RM
Tahun 1914 pimpinan Dinas Pertanian Wonosobo memecat Surjopranoto karena menjadi anggota Serikat Islam (SI), pemecatan tersebut dinilai tidak adil dan Surjopranoto pun protes. Saat itu juga minta berhenti dan bersumpah untuk selama-lamanya tidak lagi menjadi pegawai negeri. Surjopranoto kemudian mencurahkan perhatiannya untuk membela rakyat kecil yang tertindas terutama kaum buruh yang hanya menjual tenaga.
Pada tahun 1915 Surjopranoto membentuk organisasi petani dan buruh yang diberi nama Barisan Buruh Adhi Dharma yang bergerak di bidang pendidikan dan ekonomi, meliputi koperaso, kesehatan dan bantuan hukum. Akhir tahun 1919 SI mendirikan Persatuan Perhimpunan Kaum Buruh (PPKB) dengan Ketua Semaun, Surjopranoto sebagai wakil dan Agus Salim sebagai Sekretaris,
Sebelumnya Surjopranoto sudah mendirikan persatuan buruh yakni Personel Fabriek Bond (PFB), aksi-aksi mogok Surjopranoto bertujuan menuntut kenaikan upah dan jaminan social. Tahun 1922 Surjopranoto memimpin pemogokan buruh Pegadaian, karena seorang pegawai Belanda menghina pegawai bumiputera yang pangkatnya lebih rendah. Berkali-kali dipenjarakan, tahun 1923 dipenjara selama 3 bulan di Malang karena tulisannya dalam surat kabar SI. Tahun 1926 dipenjara di Semarang dan tahun 1933 di Sukamiskin selama 16 bulan karena bukunya Seri Ensiklopedi Sosialisme nya. Kemudian Surjopranoto diancam akan dimasukkan penjara selama 4 x 16 bulan bila berbuat pelanggaran lagi.
Usia 62 tahun Surjopranoto mengalami kemunduran fisik karena penderitaannya di dalam penjara. Kemudian memberi kursus di Institut Adhi Dharma yang ditutup Jepang dan Surjopranoto mengajar di Taman Siswa. Sesudah merdeka Surjopranoto tidak masuk partai kecuali menjadi simpatisan PSII.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Pendiri “Universitas Rakyat” ini diberi gelar “Raja Pemogokan” oleh Belanda karena gigihnya memimpin pemogokan, terutama kaum buruh. Pada usia lanjut Surjopranoto masih konsisten memberikan kursus politik dan menerbitkan buku pelajaran “Sosialisme dan Ilmu Tata Negara”
Ki Suryopranoto dulu selain tokoh politik juga tokoh Islam. Hamka pernah jadi muridnya. Beliau dikirim juga sebagai Wakil Indonesia ke Kongres Islam di Arab Saudi dan dulu Beliau juga termasuk Pimpinan dari Sarikat Islam.