Mas Agustinus Adisoetjipto, Marsda TNI ANM.
Setelah proklamasi kemerdekaan, diangkat menjadi Komodor Muda Udara dengan tugas mengambil alih seluruh perlengkapan tenaga kerja dan instansi penerbangan. Adisoetjipto merupakan satu-satunya penerbang bangsa Indonesia yang memiliki brever penerbang tingkat atas dan tercatat sebagai pewaris utama dalam sejarah pendidikan penerbangan di tanah air. Pada 27 Oktober 1945, merupakan saat yang sangat bersejarah karena untuk pertama kalinya pesawat terbang milik Indonesia dapat terbang di angkasa.
Adisoetjipto pendiri Sekolah Penerbangan yang pertama di Maguwo Yogyakarta (1945) dan menjadi Kepala Sekolah. Selain itu melatih calon penerbang serta pemimpin penerbangan jarak jauh. Pada tanggal 19 Juli 1946, ke Jakarta untuk berunding dengan pasukan Sekutu mengenai penyelesaian tawanan perang. Saat Belanda ingin kembali ke Indonesia, Adisoetjipto berhasil menerobos blokade Belanda.
Pada tahun 1947, bersama Abdul Rachman Saleh bertugas ke India untuk memperoleh pesawat terbang, instruktur, dan obat-obatan. Situasi saat itu sangat tegang karena sedang berlangsung Agresi Militer Belanda I (21 Juli 1947). Beberapa pesawat AURI berhasil membom instalasi militer Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga sebagai balasan terhadap Agresi Militer Belanda (29 Juli 1947). Belanda membalas ulang serangan ini dengan menembaki pesawat Dakota VTCLA yang digunakan Adisoetjipto dan teman-temannya. Walaupun pesawat itu membawa obat-obatan dari Palang Merah Internasional untuk Palang Merah Indonesia, tetapi tetap saja diberondong oleh dua pesawat tempur Belanda. Adisoetjipto dan beberapa temannya gugur dalam insiden ini.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Pelopor pejuang dalam bidang penerbangan di Indonesia, satu-satunya bangsa Indonesia yang mendapat brevet penerbang tingkat atas dan pendiri Sekolah Penerbangan yang pertama di Maguwo, Yogyakarta.