Ki Hadjar Dewantara
November 1913 pemerintah Belanda bermaksud mengadakan perayaan 100 tahun kemerdekaannya. Para cendekiawan pun beraksi, di Bandung dibentuk Komite Bumiputera. Komite mencetuskan tuntutan politik agar pemerintah membentuk parlemen sejati di Indonesia dan meningkatkan kecerdasan rakyat. Melalui brosur yang ditulis Surwadi dengan judul Als Ik een Nederlander was, Komite Bumiputera melancarkan protes terhadap rencana perayaan tersebut.
Dalam brosur Suwardi menuliskan antara lain “Andaikan saya orang Belanda, tidaklah saya akan merayakan pesta bangsa saya di negeri yang rakyatnya tidak diberi kemerdekaan”. Tjipto menulis artikel berjudul Kracht of Vress (kekuatan dan ketakutan) pada harian De Express. Suwardi menulis artikel berjudul Een Vor Allen, maar pak allen Voor een (satu untuk semua, tetapi juga semua untuk satu).
Akibat dari artikel dan brosur tersebut ketiganya ditangkap, Wignyadisastra dan Abdul Muis beberapa hari kemudian dibebaskan. Belanda menggunakan pengaruh kakek dan ayahnya untuk mencegah niat Suwardi menentang pemerintah. Ayahnya berangkat ke Bandung, tetapi berkata pada anaknya “Ingat Suwardi, seorang satria tidak akan menjilat ludahnya kembali”.
September 1913 Suwardi, Tjipto, Douwes Dekker bersama istri Suwardi, Sutartinah menuju tempat pengasingan di Belanda. Masa pengasingan di Belanda berhasil memperoleh Akte Guru Besar Eropa dan belajar Jurnalistik. Juli 1919 Suwardi dan Douwes Dekker kembali ke Indonesia dan karena kegiatan politiknya beberapa kali Suwardi dipenjarakan di Semarang.
Tanggal 3 Juli 1922 Suwardi mendirikan Taman Siswa yang berkembang pesat, dalam waktu singkat sudah memiliki 100 cabang di seluruh Indonesia. Tahun 1932 pemerintah mengeluarkan ordonansi sekolah liar, ordonansi yang menetapkan sekolah swasta yang tidak dibiayai oleh pemerintah harus minta izin.
Suwardi protes kepada Gubernur Jenderal dan ordonansi sekolah liar pun dicabut. Tahun 1944 Taman Dewasa (SMP) dan Taman Siswa Yogyakarta yang siswanya berjumlah 3.000 orang dibubarkan Jepang. Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan dalam Kabinet Presidentil yang pertama.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Satria tangguh pendiri dan pengembang Taman Siswa, jurnalis yang pendidik sejati ini pernah menulis Cintailah Kemerdekaan, Sungguh Bahagia, Merdeka dan Lepas dari Penjajahan.
(Info tambahan)
Kisah Cinta Ki dan Nyi Hajar Dewantara
Bulan madu di pembuangan di Belanda, Nyi Hajar mendampingi Ki Hajar dalam suka dan duka.
Juni 1913, Sutartinah beroleh kabar tak sedap soal tunangannya, Suwardi Suryaningrat –kelak dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Pemerintah kolonial Hindia Belanda mengancam akan menangkap Suwardi karena menulis artikel berjudul “Als Ik Een Nederlander was” (Andaikan Aku Seorang Belanda) di buletin resmi Komite Boemi Poetra. Komite ini diketuai Tjipto Mangunkusumo, Suwardi sebagai sekretaris, dan Abdoel Moeis serta Wignjodisastro sebagai anggota.
Sumber: https://historia.id/kultur/articles/kisah-cinta-ki-dan-nyi-hajar-dewantara-PyJAN