Menu
PAHLAWAN NASIONAL

I Gusti Ketut Jelantik

Berdasarkan: Keppres No. 077/TK/TH. 1993, 14 September 1993

Keberanian dan keperwiraannya tampak begitu menentang tuntutan Belanda agar mengganti kerugian atas kapal-kapal yang dirampas dan mengakui kedaulatan Belanda di Hindia Belanda. Terbukti pada perundingan antara Belanda, Raja Buleleng dan Patih Agung I Gusti Ketut Jelantik sangat marah sambil memukul dada dengan kepalan tangan mengatakan “Tidak bisa menguasai negeri orang lain hanya dengan sehelai kertas saja tetapi harus diselesaikan di atas ujung keris. Selama saya masih hidup kerajaan ini tidak akan pernah mengakui kedaulatan Belanda”.

Tanggal 12 Mei 1845, Belanda mencari cara lain dengan perantaraan Raja Klungkung untuk menyelesaikan masalah perampasan perahu dagang yang tedampar di Pantai Sangsit. Belanda menuntut agar Buleleng menghapuskan hak “Tawan karang” (hak raja Bali untuk merampas perahu yang terdampar di pantai wilayah kerajaannya) dan mengakui kedaulatan Belanda atas kerajaan Buleleng.

Dalam kesempatan ini Ketut Jelantik bereaksi keras. Pada tanggal 27 Juni 1846 Belanda mengadakan perlawanan terhadap pasukan Bali dan pertempuran tersebut berlangsung sangat seru yang berakhir dengan jatuhnya Buleleng ke tangan Belanda pada tanggal 29 Juni 1846. Raja Buleleng dan patihnya, I Gusti Ketut Jelantik mundur ke desa Jagaraga untuk menyusun kekuatan.

Dalam mempertahankan desa (benteng) Jagakara, Patih Jelantik giat memperkuat pasukan dan mendapat dukungan dari kerajaan lain seperti Karangasem, Klungkung, Badung dan Mengwi. Patih Agung I Gusti Ketut Jelantik adalah orang yang ahli dalam strategi perang. Selain itu juga disegani oleh raja-raja di Bali karena keberanian dan tekad bajanya menentang Belanda. Pada tanggal 6 – 8 Juni 1848 pihak Belanda mengirimkan ekspedisi yang kedua tetapi Belanda tetap kalah dan keberhasilan Laskar Putih Jelantik sangat mengagetkan orang-orang Belanda sehingga menggegerkan parlemen Belanda.

Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki

Patih Agung I Gusti Ketut Jelantik, patih yang gagah perkasa, pakar strategi dan pemberani dalam perang patut jadi kebanggaan bangsa. Keberaniannya luar biasa seperti tampak dari ucapannya kepada tentara Belanda “hai kau si mata putih (utusan Belanda) yang biadab, sampaikan pesanku kepada pemimpinmu di Betawi agar segera menyerang Den Bukit (Bali Utara)”.

IKATAN KELUARGA PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA

Meneguhkan Persatuan Bangsa yang Berdaulat, Adil, dan Makmur

WEB TERKAIT

Informasi

Hubungi Kami

Kementerian Sosial, Gedung C, Lantai Dasar
Jl. Salemba Raya No. 28, Jakarta Pusat
IKPNI.com merupakan situs resmi yang diakui oleh Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. Seluruh konten serta opini dalam situs ini berdasarkan fakta-fakta yang tersedia, namun tidak mewakili pendapat Inspira Mediatama. Konten dalam situs ini sebaiknya tidak dijadikan dasar oleh pembaca dalam mengambil keputusan komersial, hukum, finansial, atau lainnya. Pada artikel yang sifatnya umum, pembaca disarankan mencari pendapat dari profesional sebelum menanggapi dan mengoreksi konten informasi yang dipublikasi jika mungkin tidak sesuai dengan pandangan pembaca. Publisher tidak bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang tayang, bagaimanapun disebabkan. Website ini dibuat untuk IKPNI dengan hak cipta. Kepemilikan merek dagang diakui. Dilarang menyalin, menyimpan, atau memindahkan dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari publisher.
Kilas Sejarah Hari Ini
5 Oktober 2004

Sulawesi Barat menjadi provinsi sendiri

Sejak tahun 1960, pembentukan Provinsi Sulawesi Barat telah diperjuangkan namun ditolak pada 1963 ketika pemerintah pusat justru membentuk Provinsi Sulawesi Tenggara. Momentum pembentukan provinsi baru ini mencuat setelah gerakan reformasi 1998, tepatnya pada tahun 1999. Perjuangan panjang ini akhirnya menemui...

Selengkapnya...
Sulawesi Barat menjadi provinsi sendiri ( 5 Oktober 2004 )
1
"Hallo, Admin. Website IKPNI."
Powered by