Djuanda Kartawidjaja, H.,Ir
Pada tahun 1930 / 1931, Djuanda menjadi Ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia. Setelah lulus Djuanda diangkat sebagai guru SMA dan Sekolah Guru yang dikelola oleh Perguruan Muhammadiyah di Jakarta, setahun kemudian menjadi Kepala Sekolah di SMA Muhammadiyah selama 5 tahun. Sebagai Direktur selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya sehingga tidak kalah dengan mutu SMA Pemerintah.
Disamping itu juga menerjuni bidang politik melalui Budi Utomo. Pada awal berdirinya RI, diangkat sebagai Kepala Jawatan Kereta Api RI yang keadaannya tidak terurus. Kemudian di tahun 1946 diangkat menjadi Menteri Muda Perhubungan merangkap Kepala Jawatan Kereta Api. Selama kariernya di pemerintahan RI duduk sebagai Menteri Muda satu kali, sebagai Menteri empat belas kali dan sebagai Menteri Pertama tiga kali.
Dalam perundingan dengan Belanda, bertindak sebagai Ketua Panitia Ekonomi/Keuangan delegasi Indonesia. Saat Agresi Militer II tanggal 19 Desember 1948, berada di Istana Presiden di Yogyakarta, ditangkap oleh Belanda kemudian di lepas kembali. Belanda membujuk agar mau bekerjasama dengan mengambil bagian dalam pemerintahan Negara Pasundan. Tetapi bujukan tersebut ditolaknya. Pada perundingan KMB Djuanda duduk sebagai Ketua Komisi Ekonomi dan Keuangan dalam Delegasi RI.
Pada saat Djuanda menjadi Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, tidak saja berhadapan dengan kekuatan dan gerakan separatism di daerah, tetapi juga menghadapi gerombolan DI/TII di Jawa Barat dan tempat-tempat lain.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Keberhasilannya menyusun Departemen Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara patut dibanggakan. Hasil gemilang lainnya adalah diteruskannya Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957 yang menentukan wilayah perairan RI yaitu bahwa bagian laut yang terletak di sekitar dan diantara pulau-pulau Indonesia yang dulunya berstatus laut bebas, kini menjadi laut nasional.