Menu
PAHLAWAN NASIONAL

Abdul Muis

Berdasarkan: Keppres No. 218 Tahun 1959, 30 Agustus 1959

Putra ketiga dari lima bersaudara keturunan Toeankoe Laras Soengai Poear, berpendidikan dasar ELS (Europeesche Lagere School). Ayahnya seorang progresif, menyekolahkan kedua putranya ke sekolah kedokteran STOVIA (School Tot Opleiding van Indische Artsen). Adiknhya yang bernama Dr. Arifin tamat sekolah, sedangkan Abdoel Muis tidak.

Ketika mahasiswa di sekolah kedokteran Abdoel Muis yang berjiwa patriotic ini sangat geram pada diskriminasi terhadap anak-anak Boemi Putra sehingga keluar dari STOVIA. Kemudian bekerja sebagai klerk, mantri lumbung, dan jurnalis di Preanger Bode, De Express (berbahasa Belanda) dan direksi surat kabar Kaoem Moeda bersama seorang jurnalis cakap bernama A. Wignjadisastra. Abdoel Moeis kemudian bergabung dengan SI (Serika Islam) yang didirikan oleh HOS Tjokroaminoto.

Pada tahun 1914, kerajaan Belanda terancam bahaya perang, maka dibentuk komite Indie Weebar yang beranggotakan Abdoel Moeis, R. Dwidjosewoyo, Pangeran Koesoemodiningrat, R. Danoe Koesoemo dan F. Laoh. Delegasi tersebut berangkat ke negeri Belanda tetapi gagal. Namun ada hikmahnya, dalam satu jamuan yang diselenggarakan oleh industrialis dan pedagang-pedagang kaya Belanda, Abdoel Moeis mengusulkan pendirian Sekolah Teknik di Hindia. Atas sumbangan spontan sejumlah hadirin pada saat itu dan Ratu Wilhelmina, Technische Hogeschool atau ITB sekarang berhasil didirikan. Abdoel Moeis juga anggota Voolksraad.

Tahun 1921, Abdoel Moeis mengundurkan diri dari SI (Serikat Islam) dan memilih tinggal di Garut karena pada waktu itu pemerintah Belanda melarangnya pergi keluar Jawa. Setelah berkeluarga terjun ke dunia sastra dan menghasilkan karya-karya besar seperti “Salah Asoehan” yang sempat diterjermahkan antara lain ke dalam bahasa Sunda, Malaysia, Cina dan Rusia. Karyanya yang lain adalah terjemahan dari bahasa Belanda, suku Mohawk Tumpas, Tom Sawyer, Sebatang Kara, Tjoet Njak Dien, Om de Vryheid, Don Quishotte, dan lain-lain. Di usia senja Abdoel Moeis tetap menjadi panutan tokoh-tokoh politik muda yang membutuhkan nasihat dan acap kali berkunjung ke rumahnya.

Pada tahun 1959, Abdoel Moeis diangkat menjadi anggota kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) secara Posthum. Sampai akhir hayatnya, Abdoel Moeis tidak pernah lagi menginjak tanah kelahirannya karena dilarang Belanda.

Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki

Sastrawan anggun yang namanya melekat erat di setiap telinga bangsa Indonesia karena karya-karya besarnya dengan bahasa yang puitis bermakna. Pencetus ide untuk mendirikan ITB ini adalah seorang patriotic di bidangnya yang amat membanggakan.

IKATAN KELUARGA PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA

Meneguhkan Persatuan Bangsa yang Berdaulat, Adil, dan Makmur

WEB TERKAIT

Informasi

Hubungi Kami

Kementerian Sosial, Gedung C, Lantai Dasar
Jl. Salemba Raya No. 28, Jakarta Pusat
IKPNI.com merupakan situs resmi yang diakui oleh Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. Seluruh konten serta opini dalam situs ini berdasarkan fakta-fakta yang tersedia, namun tidak mewakili pendapat Inspira Mediatama. Konten dalam situs ini sebaiknya tidak dijadikan dasar oleh pembaca dalam mengambil keputusan komersial, hukum, finansial, atau lainnya. Pada artikel yang sifatnya umum, pembaca disarankan mencari pendapat dari profesional sebelum menanggapi dan mengoreksi konten informasi yang dipublikasi jika mungkin tidak sesuai dengan pandangan pembaca. Publisher tidak bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang tayang, bagaimanapun disebabkan. Website ini dibuat untuk IKPNI dengan hak cipta. Kepemilikan merek dagang diakui. Dilarang menyalin, menyimpan, atau memindahkan dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari publisher.
1
"Hallo, Admin. Website IKPNI."
Powered by