Teuku Nyak Arief
Sebagai Kepala Daerah Sagi XXVI, berhasil merukunkan golongan muda, tua, ulama, dan bangsawan untuk mengatasi perbedaan yang merupakan ciri khas masyarakat Aceh demi pengabdian kepada masyarakat dan agama. Sebagai anggota Volksraad, Arief tangkas menghadapi Belanda sehingga terpuji sebagai “Anak Aceh yang berani dan lurus”. Dalam sidang Volksraad tanggal 18 Juni 1928, Arief dengan tegas menjelaskan pendiriannya tentang Persatuan Indonesia.
Satu-satunya panglima yang sangat disegani oleh kawan dan lawan karena tindakannya selalu untuk kepentingan rakyat. Misalnya pajak nipah yang dikenakan Belanda di daerah bukan kekuasaannya dibatalkan karena tuntutan Nyak Arief. Pada waktu Taman Siswa menentang Ordonansi Sekolah Liar, Arief membantu aksi Taman Siswa dengan gigih. Hampir segala kegiatan masyarakat yang bersifat sosial, politik, ekonomi untuk kepentingan nasional disokong atau diprakarsainya, seperti berdirinya beasiswa Aceh sampai berhasil mengirimkan siswa ke perguruan tinggi.
Pada pertemuan pemimpin masyarakat, golongan agama dan partai politik, Teuku Nyak Arief berbicara berkobar-kobar menanamkan rasa kebangsaan. Tahun 1943 sebagai Ketua DPR Aceh diundang ke Tokyo bersama 14 orang pemimpin lainnya dari seluruh Sumatera. Pada waktu dihadapkan pada Tenno Heika, Nyak Arief menolak memberi hormat dengan membungkuk. Akhirnya disetujui hanya menganggukkan kepala. Tahun 1944 dipilih menjadi Wakil Ketua DPR seluruh Sumatera. Menurutnya, kerjasama dengan Jepang harus dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Dalam pidatonnya antara lain mengatakan, “…Indonesia Merdeka harus menjadi tujuan hidup bersama…”.
Pada tanggal 3 Oktober 1945, diangkat RI menjadi Residen Aceh. Demi kesatuan dan persatuan, Nyak Arief rela mengorbankan kedudukan untuk mencegah pertempuran sesama bangsa.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Pejuang dari tanah rencong ini sering berucap, “Orang sopan tidak mencoba menekan hak rakyat”. Setiap akhir pidato selalu mengajak hadirin bersumpah janji setia tanah air, bangsa, dan agama. Teuku Nyak Arief pandai mejaga kehormatan dirinya dan pemersatu berbagai golongan di Aceh. Pesan terakhir kepada keluarganya, “Jangan menaruh dendam, karena kepentingan rakyat harus diletakkan di atas segala-galanya”.