Suprijadi
Pada zaman Jepang, Suprijadi mengikuti pendidikan PETA menjadi Komandan Pleton I dari Kompi III Tentara PETA Blitar. Suprijadi bersama teman-temannya prihatin menyaksikan penderitaan rakyat akibat perbuatan Jepang yang tidak mengenal perikemanusiaan. Suprijadi bertekad ingin mengakhiri penderitaan rakyat melalui pemberontakan. Beberapa kali memimpin pertempuran rahasia dengan anggota PETA untuk menyiapkan pemberontakan melawan Jepang.
Pada awal Februari 1945, Suprijadi gagal merencanakan pemberontakan di Tuban karena tercium Jepang. Maka peraturan ketat segera diberlakukan oleh Jepang. Akhirnya 13 Februari 1945, pemberontakan berhasil dengan mengibarkan bendera merah putih di lapangan besar di depan Daidan. Prajurit PETA masing-masing membagi diri ke dalam rombongan menuju ke medan utara, timur, selatan, dan barat. Berbagai aksi pemberontakan dilakukan, memutuskan kabel-kabel telepon dan menewaskan orang-orang Jepang. Jepang segera bertindak, pesawat terbang dikirimkan untuk mengintai dan memanfaatkan para pemimpin Indonesia yang terkenal di Blitar untuk menghentikan pemberontakan. Pemberontak ditangkap, dilucuti, dan dipenjara. Enam perwira dihukum mati di Ancol, Jakarta.
Mengenai Suprijadi, tidak ada yang mengetahui pasti. Saat ini ada yang berpendapat, Suprijadi gugur atau dibunuh sesudah ditangkap. Pendapat lain mengatakan Suprijadi dapat meloloskan diri dan berjalan menuju barat sampai di Banten dan gugur di sana. Tahun 1945 bangsa Indonesia masih menduga bahwa Suprijadi masih hidup. Karena itu, sesudah proklamasi Suprijadi diangkat menjadi Menteri Keamanan Rakyat dalam kabinet Presiden RI yang pertama, tetapi tidak pernah muncul. Hingga hari ini, bangsa Indonesia tetap tidakk mengetahui bagaimana nasib Suprijadi di akhir hayatnya.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Suprijadi, patriot yang memiliki naluri kebangsaan tinggi amat mencintai rakyatnya. Ikhwal perjuangan pemuda belia yang tampan dan berbudi luhur ini, kapan dan di mana gugurnya masih misteri sampai kini. Namun namanya tetap terukir indah karena tekadnya yang byulat dalam melawan penjajah.