Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sebelum diangkat menjadi Sultan Yogyakarta, Dorodjatun tidak begitu saja menerima kontrak politik yang disodorkan Belanda. Menjelang pendaratan Jepang, Belanda membujuk Sri Sultan agar ikut mengungsi ke Australia. Namun Sri Sultan menolak dan mengatakan apapun yang terjadi tetap tinggal di Yogyakarta untuk menjaga keselamatan rakyatnya. Belada kemudian merencanakan untuk menculiknya, tetapi tidak terlaksana.
Di bawah tekanan keras Jepang, ia selalu berusaha mempertahankan prinsip politiknya dan berhasil. Ketika negara RI berdiri, Hamengkubuwono menyatakan dukungannya dengan mengirimkan telegram ucapan selamat kepada Bung Karno, Bung Hatta dan Dr. Rajiman Wediodiningrat atas terbentuknya RI dan terpilihnya Soekarno dan Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Telegram berikutnya tanggal 20 Agustus 1945, dengan tegas menyatakan berdiri dibelakang Presiden dan Wakil Presiden RI. Ketika Yogyakarta diduduki Belanda dalam agresi militer II, Sri Sultan tetap tinggal dalam kota, tetapi menolak bekerjasama dengan Belanda, walaupun ditawari kedudukan yang cukup tinggi bahkan sebagai raja seluruh Jawa.
Sikap non-kooperatifnya diikut oleh seluruh penduduk Yogyakarta sehingga menyulitkan Belanda. Selama agresi militer kedua Belanda membujuk agar bersedia bekerjasama tetapi selalu menolak. Belanda menempuh jalan lain dengan ancaman, tetapi tetap ditolak .
Tanggal 4 Januari 1946, ketika pemerintah RI memandang perlu untuk pindah dari Jakarta, maka Sri Sultan menyediakan Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan RI. Karena itu secara langsung DIY dan Keraton Yogyakarta menjadi dapur perlawanan permerintah RI terhadap Belanda.
Tanggal 21 Januari 1949, Sri Sultan menulis surat terbuka yang disebar-luaskan ke seluruh Yogyakarta, bahwa Sri Sultan “meletakkan jabatan” sebagai Kepala DIY, agar keamanan Yogyakarta menjadi beban Belanda. Diam-diam Sri Sultan terus membantu para pejuang dengan dana pribadinya.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Pengaruh Sri Sultan sangat besar sebagai tokoh yang dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Sultan yang arif dan bijaksana berjasa pada negara dalam berbagai bidang antara lain ekonomi, politik, olahraga, kepramukaan dan lain-lain. Integritas pribadinya diakui kawan dan lawan.
“Yogyakarta sudah tidak punya apa-apa lagi. Silakan lanjutkan pemerintahan di Jakarta,” ujar Sri Sultan Hamengkubuwono IX saat menyerahkan cek sejumlah 6 juta gulden kepada Ir.Soekarno. Sri Sultan HB IX pun menangis, pun begitu dengan Ir. Soekarno dan jajaran para menteri yang saat itu ada di hadapannya. Mereka tak kuasa menahan air mata melihat kebesaran hati seorang raja yang merelakan seluruh materi kerajaannya untuk kepentingan republik.
⠀
Sri Sultan HB IX memberikan sumbangan sekitar 6 juta gulden untuk kepentingan bangsa ini. Jika dikonversikan ke dalam nilai rupiah saat ini, jumlahnya sekitar Rp.44.694.972.236.
⠀
Sumbangan ini diberikan Sri Sultan HB IX saat Indonesia tak punya biaya lagi untuk menjalankan roda pemerintahan. Biaya operasional untuk bidang kesehatan, pendidikan, militer, dan gaji pegawai-pegawai pemerintahan RI saat itu memang dibiayai oleh Kraton Kasultanan Yogyakarta.
⠀
Memiliki sikap legawa, berbesar hati dalam kondisi seperti yang dihadapi oleh Sri Sultan HB IX saat itu tidaklah mudah. Beliau bisa mengesampingkan hal-hal lain yang seharusnya menjadi prioritas keraton, demi berdirinya Republik Indonesia.
⠀
Sikap mengabdi kepada republik dengan sepenuh hati inilah yang hingga saat ini masih dikenang oleh pihak keluarga.
Hingga beliau wafat, Sultan dan pihak keraton tidak pernah meminta agar sumbangan itu dikembalikan…
⠀
Sumber: @merawatjogja
Serial Pahlawan Nasional: Sri Sultan Hamengku Buwono IX – Ulasan lengkapnya dapat dilihat di https://www.tribunnewswiki.com/2019/05/15/tribunnewswiki-sri-sultan-hamengku-buwono-ix