Soepeno
Ketika sekolah di MULO Tegal, Supeno menjadi ketua organisasi Indonesia Muda pada tahun 1939. Bersama teman-temannya menanamkan semangat kebangsaan para pemuda melalui penerbitan sebuah majalah lokal yang diberi nama Indonesia Muda. Pidato-pidatonya yang keras sering memancing kemarahan Belanda.
Supeno melanjutkan studinya ke AMS di Semarang, kemudian THS. Di Bandung, dia mendirikan Indonesia Student Union (ISU) yang menjuru ke perjuangan politik. Gagal menyelesaikan studinya di THS, tahun 1939 hijrah ke Jakarta untuk masuk ke Sekolah Tinggi Hukum, dilanjutkan ke Sekolah Hakim. Supeno terlibat dalam berbagai organisasi perjuangan pemuda di Jakarta, antara lain Persatuan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) dan Badan Permusyawaratan Pelajar-pelajar Indonesia (BAPERPI) dan menjadi ketuanya.
Ketika semua organisasi dibubuarkan Jepang, Supeno bergabung dengan Sutan Sjahrir menghimpun kekuatan bawah tanah melawan Jepang. Pasca proklamasi kemerdekaan, langsung tampil di medan perjuangan sebagai pengurus di bidang kepemudaah dan penerangan. Kemudian dalam Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) menjadi anggota Badan Pekerja KNIP.
Dalam Presidentil (1948) di bawah pimpinan Wapres Moh. Hatta diangkat sebagai Menteri Pembangunan dan Pemuda. Pada saat Belanda melancarkan Agresi Militer II yang dimulai 19 Desember 1948, saat itu Supeno menjabat sebagai Menteri Pembangunann dan Pemuda, juga sebagai Menteri Penerangan Ad-Interim. Bersama-sama dengan Menteri Kehakiman Dr. Sukiman Wirjosandjojo melakukan perjalanan gerilya dari Solo ke Pnorogo, Supeno gugur dalam penyamaran di Desa Ganter, Nganjuk, Jawa Timur karena ditembak oleh tentara Belanda pada 24 Februari 1949.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Sosok pejuang yang konsisten dalam perjuangan politik sesuai dengan profesi yang dimiliki. Belanda kewalahan karena ulahnya melalui pidato-pidatonya yang tajam menentang dan memancing kemarahan penjajah. Berjuang terus dengan berabgai cara, bahkan gugur dalam penyamaran ketika bergerilya.