Menu
PAHLAWAN NASIONAL

Raden Dewi Sartika

Berdasarkan: Keppres No. 252 Tahun 1966, 1 Desember 1966

Sejak kecil Dewi bermain sekolah-sekolahan dan berperan sebagai seorang guru, mengajari teman-temannya untuk membaca, menulis dan berhitung. Dewi bercita-cita mendirikan sekolah bagi anak gadis. Niatnya itu disampaikan kepada ibunya dan beberapa orang lainnya, tetapi tidak mendapatkan sambutan positif. Sang kakek R. A. A. Martanegara Bupati Bandung mendukungnya. Dukungan lain didapatnya dari Den Hamer, Inspektur Kantor Pengajaran maka berkat bantuan kedua orang itu pada tanggal 16 Januari 1904 dibuka sekolah seperti yang dicita-citakan Dewi, diberi nama “Sekolah Isteri”.

Banyak kesulitan yang harus dihadapi Dewi pada awalnya, tetapi tetap tabah dan berusaha sekuat tenaga memajukan pendidikan bagi anak-anak gadis di daerahnya. Lama kelamaan sekolah ini mendapat perhatian masyarakat dan pembesar pemerintah. Cita-cita Dewi dapat diketahui dari karangannya berjudul “De Inlandsche Vrouw” (Wanita Bumiputera), yang mengemukakan bahwa pendidikan sangat penting, selain pendidikan susila, pendidikan kejuruanpun tidak kalah pentingnya bagi wanita. Tahun 1910 Sekolah Isteri berganti nama menjadi “Sekolah Keutamaan Isteri”. Dewi bermaksud mendidik kaum wanita agar mampu berdiri sendiri, tidak terlalu bergantung kepada suami.

Setahun kemudian Sekolah Keutamaan Isteri diperluas, sehingga semakin menarik perhatian wanita di daerah lain di Jawa Barat, bahkan sampai ke Sumatera. Tahun 1911 Gubernur Jenderal Hindia Belanda berkunjung ke Sekolah Dewi Sartika. Dua tahun kemudian isteri Gubernur Jenderal bersama puterinya juga berkunjung ke sekolah karena itulah pemerintah memberi penghargaan berupa bintang perak. Ketika pecah perang Dunia I, Dewi bersama suaminya bekerja keras mengatasi kesulitan yang dihadapi dan berhasil. Hal ini menarik perhatian Nyonya Tydeman dan Nyonya Hillen. Tahun 1929, berdirilah sebuah Gedung sekolah yang baru bagi “Sekolah Keutamaan Isteri”. Tantangan semakin berat, mutu sekolah harus ditingkatkan.

Pada tanggal 25 Juli 1939, RAdah Agah suaminya meninggal dunia, Dewi tetap meneruskan usaha mengasuh dan memimpin sekolah yang sudah dibina bersama suaminya sejak puluhan tahun. Tahun 1940 pemerintah sekali lagi memberikan penghargaan kepadanya karena jasa-jasanya di bidang pendidikan. Raden Dewi Sartika harus banyak mencurahkan perhatiannya untuk kelangsungan hidup sekolahnya. Makin lama kesehatannya semakin menurun dan wafat pada tanggal 11 September 1947.

Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki

Dua kali penghargaan dan bintang jasa dari pemerintah kolonial Belanda, tentu tidak diberikan kepada perempuan biasa, apalagi dari kalangan bumiputera. Sampai usia senja tetap banyak berkarya, tanpa banyak berkata-kata.

Galeri

IKATAN KELUARGA PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA

Meneguhkan Persatuan Bangsa yang Berdaulat, Adil, dan Makmur

WEB TERKAIT

Informasi

Hubungi Kami

Kementerian Sosial, Gedung C, Lantai Dasar
Jl. Salemba Raya No. 28, Jakarta Pusat
IKPNI.com merupakan situs resmi yang diakui oleh Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. Seluruh konten serta opini dalam situs ini berdasarkan fakta-fakta yang tersedia, namun tidak mewakili pendapat Inspira Mediatama. Konten dalam situs ini sebaiknya tidak dijadikan dasar oleh pembaca dalam mengambil keputusan komersial, hukum, finansial, atau lainnya. Pada artikel yang sifatnya umum, pembaca disarankan mencari pendapat dari profesional sebelum menanggapi dan mengoreksi konten informasi yang dipublikasi jika mungkin tidak sesuai dengan pandangan pembaca. Publisher tidak bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang tayang, bagaimanapun disebabkan. Website ini dibuat untuk IKPNI dengan hak cipta. Kepemilikan merek dagang diakui. Dilarang menyalin, menyimpan, atau memindahkan dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari publisher.
1
"Hallo, Admin. Website IKPNI."
Powered by