Pierre Tendean, Kapten CZI. ANM.

Saat masih menjadi Kopral Taruna, Pierre Tendean telah diikutkan dalam operasi militer untuk menumpas pemberontakan PRRI di Sumatera. Sebagai Taruna Atekad ditempatkan dalam kesatuan Zeni Tempur Operasi Saptamarga. Tahun 1962 lulus dari Akademi Militer Jurusan Teknik dengan sangat memuaskan dan selanjutnya dilantik sebagai Letnan Dua.
Selama mengikuti pendidikan selalu memperlihatkan sikap yang baik, dan terpilih menjadi Wakil Ketua Senat Korps Taruna. Jabatan pertama Pierre setelah menyelesaikan pendidikan Akademi Militer ialah Komandan Peleton pada Batalyon Zeni Tempur 2/Daerah Militer II Bukit Barisan di medan. Seteahun kemudian, dia dipanggil untuk mengikuti pendidikan intelijen. Pada waktu itu (1963), Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Pendidikan intelijen itu diberikan karena Pierre akan ditugaskan melakukan penyusupan ke Malaysia. Dalam melaksanakan tugasnya, Pierre diperbantukan pada Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat yang bertugas di garis depan.
Selama dua tahun, sebanyak tiga kali Pierre melakukan penyusupan ke Malaysia. Pertama kali menyamar sebagai wisatawan, selanjutnya penyusupan ketiga, di tengah laut dikejar kapal pesiar Inggris, Pierre membelokkan speedboat-nya dan berenang menuju perahu nelayan, dengan sangat hati-hati bergantung di belakang perahu dan terhindar dari penangkapan.
Tanggal 15 April 1965, Pierre menjadi Ajudan Jenderal A.H. Nasution, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata. Sebelum itu pangkatnya sudah dinaikkan menjadi Letnan Satu. Dalam menjalankan tugas sebagai ajugan inilah Letnan Satu Pierre Tendean gugur karena dibunuh oleh orang-orang PKI yang melakukan pemberontakan yang dikenal dengan nama G30S/PKI. Jenazahnya dan perwira-perwira tinggi Angkatan Darat yang berhasil diculik, disiksa, dan dibunuh oleh gerombolan G30S/PKI ditemukan satuan-satuan ABRI yang melaksanakan operasi penumpasan terhadap G30S/PKI di sumur tua di Lubang Buaya, 3 Oktober 1965. Bertepatan dengan ulang tahun ke-20 ABRI pada 5 Oktober 1965 jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Kapten belia gagah perkasa berparas tampan yang banyak digandrungi gadis-gadis semasa hidupnya itu menjadi buah bibir ketika. Betapa tidak, Pierre Tendean maju dan berteriak “Saya Nasution”, ketika para penculik menanyakan keberadaan jenderalnya.