Nyi Siti Walidah Achmad Dahlan
Setelah menikah dengan Achamd Dahlan, langsung menyertai perjuangan suaminya. Ketika suaminya dakwah di Banyuwangi, diancam penduduk agar menghentikan dakwahnya namun suami isteri itu tak pernah gentar.
Kemudian mendirikan cabang Muhammadiyah di Banyuwangi. Tahun 1914 memprakarsai perkumpulan “Sopo Tresno” untuk wanita Islam yang kemudian menjadi “Aisyiah” bagian dari wanita Muhammadiyah. Kegiatan perkumpulan ini meliputi membantu yatim piatu, fakir miskin dan pemberantasan buta huruf dan menolong bencana alam. Nyi Achmad Dahlan memprakarsai asrama putri yang disebut internaat untuk pelajar-pelajar. Di dalam asrama itu, Nyi Achmad Dahlan memberikan pendidikan keimanan, ibadah, shalat berjamaah, shalat rawatib sampai latihan berdakwah.
Nyi Achmad Dahlan giat berdakwah di Yogyakarta, Banyumas, Pekalongan, Tegal, Semarang dan Surabaya. Sampai kongres Aisyiah ke 23, Nyi Achmad Dahlan selalu memimpin sidang-sidang terbuka, sidang-sidang tertutup pimpinannya diserahkan kepada anggota yang muda dengan maksud kaderisasi. Selanjutnya keseluruhan pimpinan Aisyiah lebih banyak diserahkan kepada generasi muda.
Ketika berdakwah di desa Batur, 17 km dari Dieng, Ny. Achmad Dahlan tidak segan-segan menunggang kuda. Sebagai mubalighah, berbicara fasih sering mengetengahkan secara spontan hal-hal yang menakjubkan. Terhadap perjuangan bangsa bersikap tegas seperti pesannya kepada para Konsul Muhammadiyah (1946) pada sidang Tanwir di Yogyakarta. “Saya titipkan Muhammadiyah dan Aisyiah kepadamu, sebagaimana Almarhum Achmad Dahlan menitipkannya”. Nyi Achmad Dahlan dengan perlahan dan terputus-putus karena sakit, melanjutkan kata-katanya “Alhamdulillah, pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia telah terusir, akan tetapi lebih berbahaya lagi adanya tantara Nippon. Karena terbukti telah menarik kemusyirikan dan penindasan terutama yang beragama Islam, syukurlah dengan Rahmat Tuhan bangsa Indonesia telah merdeka”. Itulah pesan Nyi Achmad Dahlan kepada Konsul Muhammadiyah yang dipercayai akan meneruskan perjuangan suaminya.
Kegigihan Nyai Ahmad Dahlan Mencerdaskan Perempuan
Oleh : Widiyastuti, S.S., M.Hum*
https://rahma.id/kegigihan-nyai-ahmad-dahlan-mencerdaskan-perempuan/
Siti Walidah adalah seorang anak perempuan yang lahir pada masa di mana perempuan tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki terutama dalam menuntut ilmu. Siti Walidah merupakan putri Kyai Fadhil Kamaludingrat yang merupakan salah satu penghulu hakim di Kasultanan Yogyakarta dan saudagar batik dari Kauman, merupakan salah satu anak perempuan diantara saudara laki-lakinya yang kesemuanya mendapatkan pendidikan yang luas.