Ahmad Yani, Jend. TNI. ANM.
Putera super Meneer Bos, pimpinan pabrik gula di Jenar Purworejo yang berdarah patriot mewarisi tradisi eyang buyutnya, seorang prajurit Pangeran Diponegoro dan tampan ini menjadi pujaan banyak gadis di masa remajanya, termasuk noni-noni Belanda. Pernah berminat menjadi polisi sebab polisi itu tampak gagah.
Yani menjalani pendidikan PETA berpangkat Sho Dan Cho. Awal kemerdekaan Yani berhasil melucuti senjata Jepang di Magelang sehingga terkenal sebagai “de ridden van Magelang” (penyelamat kota Magelang, 1948). Tahun itu pula Yani menjadi Komandan Resimen Brigade IX Kuda Putih Diponegoro. Dalam agresi militer I Belanda, Yani menginstruksikan kepada para Komandan Batalyon untuk menggunakan taktik “Wingate”.
Tahun 1948 terjadi peristiwa Madiun, pemberontakan PKI, Belanda melancarkan Aksi Militer II dan Hyani sudah memegang jabatan Komandan Wehkreise II dan berjuang bersama teman-temannya mempertahankan daerah Kedu. Sesudah pengakuan kedaulatan, Yani ditugaskan menumpas pemberontakan DI/TII maka dibentuklah pasukan “Banteng Raiders”.
Di tahun 1955, Yani yang berpangkat Letkol sekolah di Amerika Serikat mengikuti pendidikan Command and General Staff College di Forth Leavenworth dan melanjutkan Advanced Course ke Inggris. Di Amerika Yani lulus cumlaude dan namanya diabadikan di Hall of Fame, Forth Leavenworth. Tahun 1958, Yani berhasil menumpas pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi.
Karirnya terus menanjak yakni ditunjuk sebagai juru bicara tunggal dalam pembebasan Irian Barat sekaligus merangkap Kepala Staf KOTI di bawah Komando langsung Presiden Soekarno. Tanggal 1 Januari 1963 Irian Barat kembali ke pangkuan RI dan satu tugas mempertahankan NKRI selesai sudah. Tahun 1963, Mayjen TNI Ahmad Yani diangkat sebagai Kasad menggantikan Jenderal TNI AH. Nasution.
Jabatan Kasad kemudian diganti menjadi Pangad. Ketika PKI menuntut agar dibentuk angkatan kelima yang terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai, Angkatan Darat di bawah pimpinan Letjen TNI Ahmad Yani menolaknya dengan tegas, meskipun Presiden Soekarno menyetujui.
Tanggal 1 Oktboer 1965, dini hari G30S/PKI menculik Ahmad Yani dibawa ke daerah Lubang Buaya dan dibunuh. Mayatnya dimasukkan ke sumur tua bersama perwira-perwira lainnya yang berhasil diculik. Tanggal 3 Oktober sumur tua itu dapat ditemukan satuan ABRI. Tanggal 5 Oktober 1965 bertepatan dengan ulang tahun ke 20 ABRI jenazahnya beserta perwira-perwira lainnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Jenderal tampan yang memilliki naluri tajam tentang gerak-gerik PKI, menguasai bahasa Jepang, Inggris dan Belanda ini berwatak keras, disiplin dan ulet serta sangat cerdas dengan kemampuan memimpin tinggi.