Menu
PAHLAWAN NASIONAL

Achmad Dahlan, K.H

Berdasarkan: Keppres No. 657 Tahun 1961, 27 Desember 1961

Nama Kyai Haji Achmad Dahlan menjadi pembicaraan khusus masyarakat Yogyakarta, pada tahun 1896, ketika membetulkan arah kiblat di langar-langgar dan masjid-masjid di Yogyakarta. Tempat-tempat ibadah biasanya menghadap ke timur dan orang sembahyang menghadap lurus-lurus ke barat.

Berdasarkan Ilmu Falak yang dikuasai Dahlan, arah kiblat dari pulau Jawa condong kira-kira 24,5 derajat ke utara. Dengan dasar itu Dahlan membetulkan garis-garis saf di masjid besar Yogyakarta. Namanya makin terkenal saat penentuan Hari Raya Ied. Ketika itu menurut perhitungan hari raya jatuh besok, bukan lusa seperti yang dianggap orang banyak. Malam sebelum hari raya Dahlan menghadap Sultan dan memperlihatkan hisab dan ru’yat. Setelah bertukar pikiran, Sultan menerima perhitungan Dahlan

Kyai yang satu ini memilih lapangan sosial dan Pendidikan sebagai medan baktinya. Sebagai pendidik, Dahlan berpendapat bahwa ilmu tanpa agama adalah berbahaya bagi generasi muda. Perhatian khusus pun diberikan kepada pendidikan perempuan, agar tidak terjadi kepincangan.

Pada tahun 1918 didirikan Aisyiah. Tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta, Achmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dan pada tanggal 22 Agustus 1914 Muhammadiyah dan pada tanggal 22 Agustus 1914 Muhammadiyah diakui pemerintah Belanda sebagai badan hokum tetapi baru tahun 1921 pemerintah mengizinkan Muhammadiyah mendirikan cabang-cabang di daerah lain.

Setelah Muhammadiyah stabil, Dahlan mulai melakukan usaha-usaha besar yang lebih terarah. Muhammidyah mendirikan rumah pengobatan, rumah-rumah sakit, panti asuhan, pemeliharaan orang miskin, sekolah dan madrash. Masyarakat menerima perubahan yang dilakukan Dahlan, sebab besar manfaatnya, terutama bagi kaum muslimin.

Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki

Perubahan, kemajuan dan perkembangan Islam, itulah nafas perjuangannya. Dahlan berbuat sangat banyak bagi agamanya dan bangsanya, memperbaiki arah kiblat, menentukan hari raya Ied berdasarkan hisab dan ru’yat. Suatu pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan setiap orang. Hanya umat yang memiliki kemampuan istimewa dan kemauan keras yang dapat melakukannya.


Agama

“Yang disebut agama itu sebenarnya apa, Kiai ?” tanya seorang santri kepada KH Ahmad Dahlan.

KH Ahmad Dahlan justru mengambil biola dan memainkan tembang “Asmaradhana” hingga membuat para santrinya terbuai.
Lalu beliau bertanya, ” Apa yang kalian rasakan setelah mendengar musik tadi ?”

“Aku rasakan keindahan, Kiai,” jawab Daniel.

“Seperti mimpi rasanya” sambung Sangidu.

“Semua persoalan seperti mendadak hilang. Tentram,” tambah Jazuli.

“Damai sekali,” tukas Hisman.

“Nah, itulah agama,” jawab KH Ahmad Dahlan.

“Orang beragama adalah orang yang merasakan keindahan, rasa tenteram, damai karena hakikat agama itu sendiri seperti musik. Mengayomi dan menyelimuti.”

Setelah itu salah seorang santri (Hisman) mencoba biola tersebut, dan menghasilkan suara “menderit”. Bikin pusing pendengarnya.
“Wah, suaranya berantakan ya kiai..?” tanya Hisman sambil tersipu malu…

“Nah, begitu juga agama. Jika kita tak mempelajarinya dengan baik, maka agama hanya akan membuat diri sendiri dan lingkungan terganggu,” jawab beliau.

“Oooo begitu…. jadi untuk bisa beragama dengan baik itu, kita tidak boleh ikut-ikutan, tapi harus mengerti ilmunya juga. Seperti tadi, hanya karena melihat Kiai bermain biola, jangan langsung berpikir bahwa kita juga pasti bisa main biola,” tambah Jazuli.

“Kesimpulan yang bagus,” jawab beliau.. “Ada kesimpulan lain?”

“Dalam beragama, kita tidak bisa hanya mengandalkan keinginan, hanya karena merasa bahwa keinginan itu baik. Misalnya, tadi saya merasa punya keinginan baik untuk bermain biola, tapi ternyata keinginan saya malah mengganggu saya dan orang lain,” ulas Hisman.

Kesimpulan yang jeli!
Terima kasih.
Puji beliau.
Semoga dengan menjalani agama yang kita imani, kita mampu menghormati orang lain dan membawa kedamaian dalam hidup bersama.
Aamiinnn ya robbal alamiiinn

NB. Kyai haji Ahmad Dahlan adalah pahlawan nasional dan pendiri Muhammadiyah


17 AGUSTUS – Serial Pahlawan Nasional: KH Ahmad Dahlan. Ulasan lengkapnya dapat dilihat di https://www.tribunnewswiki.com/2019/07/10/kh-ahmad-dahlan


Berita Artikel tambahan:

Talk little, Do much

PELAJARAN DARI KH ACHMAD DAHLAN

Muhammadiyah menyiapkan 20 RS untuk menerima pasien Covid-19 (korona).

RS itu tak hanya menyiapkan ruang isolasi, tetapi juga melakukan simulasi prosedur penanganan pasien diduga korona.

(KOMPAS, 6,7/3/2020, hal 1,11,15).

Kalimat di atas itu tiba-tiba mengingatkan saya pada buku terkenal karya Peacok L. James yang pernah saya baca,

Purifying the Faith: The Muhammadiyah Movement in Indonesia Islam
(terbit tahun 1984 di California).

Saya belum khatam membaca buku itu, tapi saya teringat beberapa bagiannya.

Tapi bagi saya yang menarik adalah kata-kata James (saya kutip dari ingatan):

“Sebelum orang Eropa membangun sistem penanganan bencana dan mempraktikkannya, KH Achmad Dahlan sudah lebih dulu menggagas dan mempraktikkannya”

James juga menceritakan KH Achmad Dahlan sang pendiri Persyarikatan Muhammadiyah itu dalam setiap dakwah kelilingnya, mengajarkan tafsir Surat Al-Ma’un secara berulang-ulang.

Intinya, Kiai Achmad Dahlan sosok ulama dan saudagar yang alim itu menyerukan agar setiap orang yang mampu bersedia memenuhi hak-hak dan berlaku adil kepada orang miskin, para fakir, anak yatim, dan orang terlantar dan menderita karena bencana.

Oleh James diriwayatkan, KH Achmad Dahlan suatu kali mengirim tim untuk membantu mengatasi penyebaran wabah penyakit berbahaya, karena Pemerintah Kolonial Belanda khawatir dengan pagebluk (Ind: wabah berbahaya) tersebut dan kurangnya tenaga kesehatan.

Karena keberhasilan tersebut, Ratu Belanda memberi penghargaan kepada Muhammadiyah.

Dalam praktiknya kemudian Persyarikatan Muhammadiyah sering menolong korban musibah bencana (karena alam maupun non alam).

Dan ini menjadi cikal bakal disetujuinya pendirian Hoofd Bestuur Muhammadiyah (sekarang dikenal sebagai: RS PKU Muhammadiyah yang berjumlah ratusan tersebar di setiap kota di Indonesia).

Juga mendirikan Arm Huis (rumah miskin) dan Wheshuis (Rumah Yatim).

James lebih lanjut mengisahkan bahwa, KH Achmad Dahlan selalu menekankan pentingnya petikan Al-Quran Surat Al-Ma’un ayat 1-7 itu diamalkan bukan hanya dimengerti dan dihafalkan saja.

James menuturkan bagaimana Muhammadiyah mengirim ratusan santri membantu musibah bencana Gunung Kelud, dengan dikawal oleh tentara Kolonial Belanda dan disertai Dokter-Dokter “Jawa” (lulusan STOVIA).

Yang oleh James, fenomena ini disimpulkan sebagai awal munculnya Medical Support oleh Dokter Jawa dan para relawan, yang kemudian dikenal dalam dunia kedokteran modern sebagai Management Support.

Tentang itu, James sampai pada kesimpulan: “Muhammadiyah adalah yang pertama dalam sejarah Indonesia yang melakukan Disaster Management dan Disaster Medicine

KH Achmad Dahlan, yang lahir di Kauman, Yogyakarta, itu kini telah wafat, dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Ia adalah sosok yang mengubah pemikiran teologi menjadi Voluntary Activism — suatu Philanthropic Reform dengan slogan Talk Little And Do Much, kata Peacok L. James dalam bukunya itu.

Insya Allah kita bisa menangani kasus kedaruratan wabah korona dengan baik (sistematis dan bergotong royong) karena sudah ada pelajaran dari KH Achmad Dahlan.

(Lukmono Hadi, Sleman, 7 Maret 2020)


Di Kongres Pertama, KH. Ahmad Dahlan menjawab : “Muhammadiyah bercita2 untuk mengangkat agama Islam (umatnya) dari keadaan terbelakang. Banyak penganut Islam yang lebih menjunjung tinggi tafsir para ulama dari pada Al-Qur’an dan Hadits sendiri. Umat Islam sebaiknya harus kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits, dan harus mempelajari langsung dari sumbernya. Tidak hanya mempelajari Islam melalui kitab2 tafsir saja tanpa mempelajari sumbernya”

Perbedaan pandangan antara ulama : SI + Muhammadiyah + Jamiatul Khair dengan kalangan ulama tradisional itu pecah nya di Kongres Al-Islam Hindia I di Cirebon bulan Oktober 1922…
Waktu itu KH. Ahmad Dahlan yang menghadapi sendiri perdebatan itu…
Kaum ulama tradisional beranggapan bahwa KHA. Dahlan sudah membangun madzhab sendiri, dan itu perbuatan terlarang…

Di Kongres yang sama KH. Fakhrudin juga diangkat menjadi Commite Pengusaha Majelis Al-Islam Hindia …..

IKATAN KELUARGA PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA

Meneguhkan Persatuan Bangsa yang Berdaulat, Adil, dan Makmur

WEB TERKAIT

Informasi

Hubungi Kami

Kementerian Sosial, Gedung C, Lantai Dasar
Jl. Salemba Raya No. 28, Jakarta Pusat
IKPNI.com merupakan situs resmi yang diakui oleh Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. Seluruh konten serta opini dalam situs ini berdasarkan fakta-fakta yang tersedia, namun tidak mewakili pendapat Inspira Mediatama. Konten dalam situs ini sebaiknya tidak dijadikan dasar oleh pembaca dalam mengambil keputusan komersial, hukum, finansial, atau lainnya. Pada artikel yang sifatnya umum, pembaca disarankan mencari pendapat dari profesional sebelum menanggapi dan mengoreksi konten informasi yang dipublikasi jika mungkin tidak sesuai dengan pandangan pembaca. Publisher tidak bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang tayang, bagaimanapun disebabkan. Website ini dibuat untuk IKPNI dengan hak cipta. Kepemilikan merek dagang diakui. Dilarang menyalin, menyimpan, atau memindahkan dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari publisher.
Kilas Sejarah Hari Ini
5 Oktober 2004

Sulawesi Barat menjadi provinsi sendiri

Sejak tahun 1960, pembentukan Provinsi Sulawesi Barat telah diperjuangkan namun ditolak pada 1963 ketika pemerintah pusat justru membentuk Provinsi Sulawesi Tenggara. Momentum pembentukan provinsi baru ini mencuat setelah gerakan reformasi 1998, tepatnya pada tahun 1999. Perjuangan panjang ini akhirnya menemui...

Selengkapnya...
Sulawesi Barat menjadi provinsi sendiri ( 5 Oktober 2004 )
1
"Hallo, Admin. Website IKPNI."
Powered by