Abdul Wahid Hasyim, K.H.
Pada usia 15 tahun Abdul Wahid Hasyim baru memahami huruf latin. Kemudian mempelajari berbagai pengetahuan dengan berlangganan berbagai majalah, dalam dan luar negeri, mengikuti kursus bahasa Belanda, Arab dan Inggris. Tahun 1932 menunaikan ibadah haji dan tinggal di sana sambal belajar hingga tahun 1933.
Pulang dari Mekkah, Wahid mulai terjun ke dalam pergerakan khususnya pangkalan utamanya untuk meningkatkan mutu pesantren dalam membentuk santri intelektual. Sewaktu duduk di Pengurus Besar NU bagian Ma’arif, dikeluarkan majalah Suluh NU yang khusus mempersoalkan pendidikan Islam. Ketika Jepang datang semua organisasi dilarang bergerak, tak terkecuali NU. Wadah umat Islam yang dibenarkan hanay MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia = Dewan Tertinggi Islam di Indonesia) di bawah pimpinan K.H. Wahid Hasyim.
Kedudukan inilah yang mengantarnya ke pusat perjuangan bangsa Indonesia pada jama Jepang, menjadi anggota Cou Sangi In, kemudia anggota Dokuritsu Jumbi Cosakai hingga panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. K.H. Wahid Hasyim adalah salah seorang dari 9 orang yang menandatangani Piagam Jakarta yang intinya menjadi pembukaan Undang-Undang Dasar RI 1945.
Pada masa kemerdekaan, K.H. Abdul Wahid Hasyim diangkat beberapa kali sebagai Menteri, yaut Menteri Negara dalam Kabinet Presidentil pertama (1945) dan Kabinet Syahrir (1946 – 1947), Menteri Agama Kabinet RIS (1949 – 1950), Kabinet Natsir (1950 – 1951) dan Kabinet Sukiman (1951 – 1952). Wahid berperan penting dalam mengintegrasikan kelaskaran golongan Islam ke dalam TRI yang kemudian menjadi TNI. Karena itulah diangkat menjadi penasehat politik Panglima Besar Sudirman.
Tanggal 25 Juli 1947, ayahnya wafat sehingga Wahid Hasyim menggantikan kedudukannya sebagai pengasuh Pesantren Tebuireng. Kedudukannya sebagai Menteri Agama dalam Kabinet Sukiman telah dimanfaatkan Wahid Hashyim untuk meletakkan sendi administrative, organisatoris dan kebijaksanaan suatu Kementerian Agama yang khas Indonesia.
Nilai Kepribadian Luhur yang Dimiliki
Dua langkah penting yang nyata mendapat sambutan besar dari masyarakat Islam ialah memperkokoh dan mengembangkan sekolah-sekolah agama Islam di seluruh tanah air yang tidak dibiayai oleh pemerintah. Selama menjadi Menteria Agama telah merintis hubungan yang sehat dan saling menghormati antar pemeluk agama di Indonesia.