
Hari Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Nasional: Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat
Pendahuluan
Setiap tanggal 20 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional sebagai tonggak awal kesadaran kolektif bangsa untuk bersatu dalam perjuangan menuju kemerdekaan. Momen ini bukan sekadar nostalgia sejarah, namun merupakan refleksi mendalam atas semangat persatuan, pendidikan, dan perjuangan tanpa pamrih dari para pelopor kebangkitan bangsa. Dalam perjalanannya, Kebangkitan Nasional membuka jalan bagi pembentukan identitas kebangsaan Indonesia yang akhirnya mengantarkan pada proklamasi kemerdekaan tahun 1945.
Sejarah Kebangkitan Nasional
1. Awal Kesadaran Kolektif – Lahirnya Budi Utomo (1908)

Dr.Soetomo. Pendiri organisasi Budi Utomo

Dr. Wahidin Sudirohusodo. Mendorong pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa.
Organisasi Budi Utomo (“budi yang luhur” atau “kesadaran yang sangat baik”) lahir dari gagasan Dr. Wahidin Soedirohoesodo yang ingin menyediakan beasiswa bagi anak-anak bangsa yang cerdas tetapi tidak mampu. Gagasan ini kemudian menarik perhatian para pelajar STOVIA di Batavia, yang dipelopori oleh Dr. Soetomo. Pada tanggal 20 Mei 1908, mereka membentuk organisasi Budi Utomo dengan Dr. Soetomo sebagai ketua. Organisasi ini awalnya berfokus pada pendidikan dan kebudayaan, terutama kebudayaan Jawa, namun kemudian berkembang melampaui gagasan awal, merambah bidang sosial, ekonomi, dan kebangsaan.
Sembilan Pendiri Budi Utomo:
- Dr. Soetomo
- Goenawan Mangoenkoesoemo
- Soeradji
- Mochammad Saleh
- Soelaiman
- R. Tjipto Mangoenkoesoemo
- Tjipto Mangoenkoesoemo
- Budi Darma
- Gondo Tirtowirjo
Budi Utomo menandai babak baru dalam sejarah Indonesia, di mana perjuangan rakyat mulai memasuki fase intelektual dan terorganisir. Perjuangan tidak lagi hanya dilakukan melalui perlawanan fisik, tetapi melalui penguatan identitas bangsa, pendidikan, dan diplomasi sosial.
“Kemajuan hanya dapat diperoleh dengan pendidikan dan persatuan, bukan dengan kekerasan.” – Dr. Soetomo, pendiri Budi Utomo
2. Era Organisasi Nasional dan Politik Modern (1912–1930-an)
Menyusul berdirinya Budi Utomo, berbagai organisasi nasional muncul dan semakin memperluas cakupan gerakan kebangsaan. Tahun 1912, Sarekat Dagang Islam berubah menjadi Sarekat Islam, sebuah organisasi massa yang memperjuangkan hak-hak ekonomi rakyat dan mulai menyuarakan kemerdekaan secara lebih eksplisit. Di tahun yang sama, tiga tokoh besar — Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Ki Hajar Dewantara — mendirikan Indische Partij, yang terbuka bagi semua golongan tanpa memandang ras.
Gerakan ini juga diikuti oleh kegiatan pelajar dan tokoh perantauan Indonesia di luar negeri. Perhimpunan Indonesia di Belanda, yang aktif sejak 1925, memperkenalkan istilah “Indonesia” sebagai simbol kesadaran kolektif bangsa yang bersatu. Melalui media massa dan kegiatan politik, para anggotanya memainkan peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan dari luar negeri.
Periode ini menunjukkan bagaimana semangat kebangkitan nasional menyebar ke seluruh lapisan masyarakat dan melintasi batas geografis.
3. Momentum Persatuan – Sumpah Pemuda (1928)
Puncak konsolidasi semangat kebangsaan tercermin pada Kongres Pemuda II yang diadakan pada 27–28 Oktober 1928. Dalam kongres ini, para pemuda dari berbagai daerah di Nusantara menyatukan tekad dalam ikrar yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda:
- Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda menjadi tonggak penting dalam sejarah nasional karena untuk pertama kalinya seluruh elemen bangsa menyatakan kesatuan tanah air, bangsa, dan bahasa. Ini menandai semakin matangnya kesadaran nasional dan memperkuat semangat persatuan dalam perjuangan menuju kemerdekaan.
4. Kebangkitan Menuju Kemerdekaan (1930–1945)
Meskipun mengalami represi dari pemerintah kolonial dan masa pendudukan Jepang, semangat kebangkitan tidak padam. Gerakan bawah tanah tetap aktif, sementara para tokoh pergerakan terus menyuarakan semangat kemerdekaan melalui pendidikan, budaya, dan diplomasi.
Organisasi-organisasi nasional dan kelompok-kelompok pemuda tetap menjalankan perannya, meskipun dalam tekanan. Di masa pendudukan Jepang, beberapa tokoh kemerdekaan justru semakin menguatkan jaringan pergerakan dengan strategi yang cermat. Soekarno, Hatta, Ahmad Subardjo, Sjahrir, Sukarni, dan tokoh lainnya berhasil mempertahankan api perjuangan hingga akhirnya pada 17 Agustus 1945, kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan.
Tujuan dan Makna Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Nasional memiliki makna historis dan filosofis yang mendalam. Tujuannya antara lain:
- Membangkitkan kesadaran akan pentingnya persatuan di tengah keberagaman.
- Mendorong semangat pendidikan dan peningkatan kapasitas intelektual bangsa.
- Memupuk jiwa nasionalisme yang inklusif dan progresif.
- Menginspirasi perjuangan bersama demi tercapainya kemerdekaan dan keadilan sosial.
Nilai-nilai luhur yang terus dihidupkan dari semangat kebangkitan:
- Persatuan dalam keberagaman suku, agama, dan budaya.
- Keadilan sosial sebagai tujuan nasional.
- Pendidikan sebagai jalan kemajuan bangsa.
- Semangat juang tanpa pamrih untuk kemerdekaan dan kedaulatan.
Refleksi IKPNI: Mewarisi Semangat Para Pahlawan
Sebagai keluarga besar para pahlawan nasional, IKPNI memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga, merawat, dan mewariskan semangat perjuangan kepada generasi kini dan mendatang. Kebangkitan nasional bukan hanya cerita masa lalu, tetapi warisan nilai yang harus terus dibangkitkan dan dijadikan fondasi dalam membangun bangsa.
Melalui pendidikan, kebudayaan, dan penguatan karakter, IKPNI mengajak generasi muda untuk memahami arti penting kebangkitan nasional dalam menghadapi tantangan global saat ini.
“Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat” – Tema Harkitnas 2025 menjadi panggilan moral bagi kita semua untuk membangun bangsa yang adil, berkelanjutan, dan tangguh menghadapi tantangan zaman.
Selamat Hari Kebangkitan Nasional!
Semoga semangat perjuangan para pahlawan terus menginspirasi langkah kita menuju Indonesia yang lebih baik